Berani Cerita #03 Karam

Semua bilik tertutup. Tapi sekilas aku melihat bilik paling ujung sepertinya sedikit terbuka. Tanpa ragu aku menghampirinya, langsung membukanya dan kemudian terkejut. Ralat, lebih tepatnya, terpana.

Di sana, di bilik itu, berdiri seorang pria bertelanjang dada yang sangat rupawan. Aku yakin Tuhan sedang berbahagia saat menciptanya. Dada bidangnya, perut six pack-nya, otot-otot lengannya, tatapan matanya, rambut hitamnya, hidung mancungnya, alis tebalnya, semua dan segala yang ada di dirinya begitu… tak terdefinisikan.

Semesta di sekelilingku bagai membeku, sang waktu seperti berhenti berdetak, kehidupan seolah diam mengkristal.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Detik berikutnya aku terpaksa menutup sang pintu dengan jantung yang berdegup-degup seolah ingin melompat. Meninggalkan si lelaki tampan yang hanya tersenyum di sana, yang tak lupa mengunci pintu hingga betul-betul rapat. Detik yang sama aku mulai percaya, cinta pada pandangan pertama bukanlah dusta.

Bersandar pada dinding di belakangku, aku mulai menenangkan diri seraya mengatur strategi, aku terlanjur jatuh hati. Aku akan menunggu sampai dia selesai mencoba baju yang ingin dibelinya di bilik itu. Bagaimanapun caranya, aku harus berkenalan dengan si lelaki tampan. Dan semoga sesaat setelahnya, aku dan dia bisa….

“Silahkan mas.” seorang om-om berkumis tebal menyapa saat pintu bilik di depanku terbuka. Senyum si Om padaku telah membuatku kembali ke planet bumi, cintaku harus karam sebelum sempat berlayar untuk si lelaki tampan.

Note : 215 kata.

#eeaaa…semakin geje ajah 😛

20 thoughts on “Berani Cerita #03 Karam

Leave a comment