Berani Cerita #04 Selesai

“Asyik lagunya ya, Tom?”

“Hmm…”

“Kok cuma hmm?”

“Lagunya siapa sih ini, Va?”

“Ya ampuuuun, Natasha Bedingfield. Masa ngga tahu?”

“Ooh.. oke.  ”

Whatever, Tom.”

Come on, Va. Ini ketiga kali-nya kamu mendengarkan lagu itu, masih banyak lagu lain, ‘kan? Kenapa lagu itu yang diputar terus?”

“Kenapa tidak?”

“Ah… Selalu begitu.”

“Begitu gimana?”

Whatever, Va.”

“Perhatiin deh liriknya. Lagunya pas banget, Tom.”

“Pas apanya?”

“Pas dengan keadaan kita sekarang.”

Feel the rain on your skin? Blah. Kita terjebak macet karena hujan, Va! Mobil kita nyaris tak bergerak dan kamu mau hujan-hujanan? Yang benar saja.”

“Bisa juga sih begitu. Tapi bukan itu maksudku, Tuan Skeptis.”

“Lantas apa? Drench yourself in words unspoken? Kalimatnya terlalu bersayap, Va. Aku bukan pujangga, apalagi filsuf.”

“Aku tahu, Tom. Aku tahu kamu bukan pujangga atau filsuf. Aku tahu kamu hanya seorang lelaki egois yang terkadang pengecut.”

“Hei… ada apa denganmu, Va? Lelaki egois yang terkadang pengecut ini mencintaimu sampai mati.”

“Gombal!”

“Eva Sayang, aku tidak ingin sebuah lagu tidak jelas seperti ini membuat kita bertengkar.”

“Lagu tidak jelas? Hubungan kita jauh lebih tidak jelas lagi, Tom.”

“Ah…itu rupanya.”

“Ya, itu maksudku, Tom. Today is where your book begins, The rest is still unwritten. Maka aku ingin mengakhiri hubungan tidak jelas kita, mulai hari ini, detik ini juga. Aku terlalu lama menghabiskan waktuku terbuang sia-sia denganmu, Tom. Aku….”

“Sebentar, Va. Sebentar…. Kamu tidak bisa tiba-tiba saja memutuskan aku ‘hanya’ karena sebuah lagu.”

“Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, Tom. Apapun! Aku ingin menulis ‘buku’ baruku tanpa ada namamu di dalamnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpamu setelah ini, aku ingin menikmati sisa usiaku tanpa harus menyakiti siapapun termasuk diriku sendiri, aku… ”

“Siapa lelaki yang sudah berhasil mencuri hatimu dariku, Va?”

“Ya Tuhaaan… Kenapa Tom? Kenapa kamu selalu harus mencari kambing hitam? Kenapa kamu tidak pernah bisa mengakui kalau terkadang kamu sendirilah penyebabnya, kamu yang salah.”

“Mengertilah, Va. Aku tak punya banyak pilihan.”

“Tapi kamu tetap bisa memilih, Tom.”

“Tapi, Va, aku tidak bisa jadi anak durhaka, kan?”

“Kamu pernah memperjuangkan kita? Enggak kan?”

Please, Va. Mengertilah. Aku…”

“Aku sudah bosan mengerti tentangmu, Tom. Kapan kamu bisa mengerti aku?”

“Tapi Va, aku tidak mungkin meninggalkan kakakmu untuk kita, kan?”

“Turunkan aku di sini, Tom. Kita selesai. Jaga kakakku baik-baik.”

Note : 380 kata.

PS : Temans, yuks ikutan bermain FF dengan kami di sini 😉

30 thoughts on “Berani Cerita #04 Selesai

  1. Aku suka lagu di atas nih 🙂

    belum berani ikut, belum pernah mernagkai kata kata indah 😛
    ___
    Ayo mba Eeeel…beranikan dirimuuuu hehehehe

    Like

  2. bagus, eva akhirnya mau nurut sama nasehat Bundo.. masih banyak pria baik di luar sana.. mending eva jadian aja sama akang Depp yang sholeh itu.
    ___
    Mak, si Eva nanya, akang Depp seganteng Tom ngga? hihihi

    Like

  3. Selalu kagum dengan kepiawaian Orin menyulam kata, ringkas, padat, apiiik dengan ending tak terduga. Selamat terus berkarya Orin
    ___
    terima kasih apresiasinya ibu^^

    Like

  4. Keren deh Teh..Aku mulai menulis untuk cerpen antologi WB, tapi masih macet saja jalan ceritanya. Tersumbat pada pengembangan ide hehehe..
    ___
    macet? santai aja tante, DLnya masih Mei kok 😉

    Like

  5. Ish…. keren selaluu…
    hm.. syarat 80% dialog itu membuat yg mengendap dibenak blom bs tersalurkan.. haha…
    ___
    aku malah suka kalo disuruh bikin dialog auntie hihihihi

    Like

  6. Weeeeiiii…ujug-ujug selesai aja, Oriiin!
    Tapi sususnan kalimat dan endingnya bagus banget, swear saya nggak nyangka kalo ternyata sang lelaki berhubungan juga dengan kakak si wanita…uh, kebayang pusingnya 😦

    Like

Leave a comment