Berlibur di Negeri Sendiri

Seorang sahabat pergi berlibur ke Singapore saat akhir pekan kemarin, dan menurutnya, banyak sekali orang Indonesia yang ditemuinya di sana. Belanja belanji di Orchard Road, bernarsis ria di depan Patung Merlion, berjejalan di Universal Studio, hingga mengantri di Marina bay Sky Park.

Saya belum pernah ke sana, dan berharap suatu saat bisa melihat sendiri ‘kehebohan’nya. Tapi kemudian saya teringat keindahan matahari terbit di puncak Bromo, ademnya telaga warna di Dieng, menawannya sunset di pantai Ujung Genteng, atau serunya belanja di pasar kaget Gasibu. Lantas kenapa semua objek wisata yang -menurut saya- menawan itu terkalahkan pamornya sekedar dengan patung singa menyemburkan air mancur ya?

Rasanya tidak perlu menyalahkan pihak ini atau departemen itu atau kementerian anu kenapa hal semacam demikian bisa terjadi. Saya lebih suka bertanya pada diri saya sendiri, dengan pertanyaan sederhana seperti “kenapa saya lebih tertarik berlibur ke luar negeri ya?”

Saya baru menginjakkan kaki di negara Gajah Putih, itupun hanya di Bangkok saja. Tapi JJ market atau pasar Catuchak itu sangat bersih dan teratur dibandingkan pasar Gasibu. Walaupun memang tidak berair jernih, sungai Chao Phraya tetap mudah ditempuh dengan BTS yang murah meriah dan bebas macet, jauh lebih mudah dibandingkan perjalanan saya ke Pulau Umang yang hanya ada di Banten tapi memerlukan waktu kurang lebih 7 jam (padahal sudah lewat jalan tol) dengan kondisi jalan yang kurang bagus. Mungkin daftar perbandingannya akan menjadi semakin panjang jika harus dibanding-bandingkan sedemikian rupa.

Fakta tersebut membuat saya sedikit berkhayal.

Seandainya banyak di antara kita yang ingin berlibur ke tempat-tempat wisata yang -katakanlah- berkategori ‘kurang terkenal’ semacam Pulau Umang atau Pantai Ujung Genteng, mungkin pemda -atau siapapun yang berwenang- akan malu dan kemudian mulai berpikir untuk memperbaiki sarana transportasi dari dan menuju tempat tersebut.

Homestay, hotel sederhana, atau bahkan restoran kecil dengan kuliner khas setempat akan banyak didirikan di lokasi wisata itu, yang tidak hanya memudahkan para wisatawan, tetapi sekaligus menjadi lahan rezeki lain para penduduk setempat untuk tidak melulu bermigrasi ke kota-kota besar.

Seandainya saja setiap orang yang telah berkesempatan datang ke tempat-tempat indah ini, mau menceritakan kembali betapa negeri Indonesia pun memiliki pesona yang tak kalah jelita, mungkin para sosialita yang menghabiskan es krim potong di negara Singa itu justru akan beralih tertarik pada manisan carica khas Dieng yang maknyus itu.

Semoga saja, khayalan saya itu suatu saat nanti -entah kapan- akan betul-betul mewujud. Semoga saja, upaya saya menuliskan tulisan ini di sini, bisa dianggap sebagai salah satu ‘jalan’ menuju impian itu. Dan semoga saja, pariwisata Indonesia kelak akan menjadi primadona bagi para warganya sendiri. Semoga ya 🙂

Curug Cimahi – Bandung

Berdingin-dingin di Bromo

Hutan buatan di Dago Pakar – Bandung

Sunset di pantai Ujung Genteng – Sukabumi

Belanja belanji di pasar Gasibu-Bandung

Birunya laut di Pulau Umang – Banten

Hutan Situ Cibeureum – Garut

Telaga Warna – Dieng

Masih terlalu sedikit tempat-tempat indah yang sempat saya datangi. Yuk temans, kita berlibur di negeri sendiri 😉

 

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp.