My Twenty Tenth

FYI, today is my birthday Pals 😉

Baiklaaaah, maafkan informasi tidak penting itu kawan, karena saya hanya sedang ingin bercerita tentang sebuah perubahan. Terhitung mulai hari ini, maka deskripsi seorang saya akan menjadi : female, thirty something, bla…bla…bla… Ehem, siapkah diri ini akan perubahan itu?

Sepuluh tahun lalu, saat saya masih kinyis-kinyis merayakan hari kelahiran yang ke-20, saya bersorak gembira dalam hati “I am not teenager anymore! horreeeyyy….”, lebay surabay mungkin ya, tapi bagi saya saat itu, berusia bukan belasan lagi adalah ‘sesuatu banget’, saya sudah bisa disebut sebagai wanita dewasa, saya sudah bisa mengambil keputusan saya sendiri, saya -sedikit banyak- sudah bisa dianggap sebagai manusia seutuhnya. Tentu saja itu definisi saya sendiri, yang saya peruntukkan juga bagi diri saya sendiri.

Faktanya? Entahlah…setidaknya sejak saat itu saya mencoba menjadikan diri saya sesuai dengan definisi-definisi tadi.

Sekarang, hari ini, tanggal ini, saya resmi berusia 30 tahun. Tua? Kalau dibandingkan Ayu Ting Ting tentu saja saya sudah uzur, tapi dibandingkan Pakdhe Cholik, misalnya? Sepertinya saya masih terbilang muda kan ya? *maksa dot com*. Bagi saya, usia adalah sekedar angka, yang pasti bertambah seiring tahun berganti, yang tidak perlu direkayasa apalagi dirahasiakan. Siap tidak siap, suka tidak suka, angka-angka itu akan tetap bertambah. Si pemilik usia lah yang menentukan pertambahan angka itu berbanding lurus dengan perubahan kebaikan atau tidak. Bukankah “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”?

Karena alasan itulah saya menulis potingan ini, kondisi “kepala tiga” dan pertambahan angka di usia saya kali ini sepertinya tidak seperti sebelum-sebelumnya, saya tidak memiliki semangat berubah seperti sepuluh tahun lalu itu.

Padahal, jika berandai-andai jatah usia saya di kehidupan ini sampai 60 tahun, maka saat ini saya berada di titik tengahnya, saya berada di second half sebuah kehidupan, dan apakah saya akan menang dalam akhir ‘permainan’ ini? Tak bisa terjawab dengan pasti, karena tugas saya memang hanya mengupayakan yang terbaik yang saya bisa lakukan, bukan? Dan berdoa berharap semoga Sang Pemilik Semesta menyayangi saya untuk mengizinkan saya berada pada golongan kaum yang dicintaiNYA. Aamiin.

Jadi, perubahan apa yang ingin saya lakukan mulai hari ini? Saya ingin menjadi seorang istri yang lebih ikhlas. Saya ingin menjadi seorang anak yang lebih peyayang. Saya ingin menjadi manusia yang lebih sabar. Saya ingin menjadi seorang hamba yang lebih bermanfaat bagi sesama. Saya ingin menjadi seorang ibu yang bisa melahirkan generasi penerus kehidupan. Saya ingin menjadi individu yang selalu bahagia. Saya ingin menjadi seorang ‘saya’ yang lebih mulia.

Saya mengerti, untuk setiap harapan yang saya panjatkan itu, akan selalu ada ujian yang menyertainya, untuk menentukan apakah saya pantas menjadi seseorang yang saya dambakan itu. Dengan segala kerendahan hati, doakan saya bisa melewatinya ya teman 🙂

“Artikel ini diikutsertakan kontes Make That Change Pendar Bintang”