Poetry Hujan : Senja Itu

Senja itu masih jingga kawan
se-jingga saat kita selalu duduk di bawah pohon itu
berdialog dalam senyap, berbincang dalam sunyi
mempertanyakan semua dan segala
memaki dunia, sekaligus memujanya

Senja itu tetap temaram kawan
persis sama saat kau bilang bulan dan mentari adalah sejiwa
satu nafas walau tak pernah bersua, apalagi melangkah bersama
sementara aku bilang mereka adalah musuh yang saling menghargai
sekutu yang berbagi dengan damai,
dan kita berdua terdiam, tidak sepakat sekaligus sependapat

Senja itu terkadang masih basah kawan
diterpa hujan yang menyapa bumi
membuat tanah merah itu meruap wangi
mengantarkan imaji kita tentang hidup dan kehidupan
bahwa tawa tak harus selalu ada, karena tangis pun sungguh menawan

Senja itu kini kelabu kawan
karena kau tak lagi disini menemani diamku
ternyata, kesendirian telah membuatku hilang makna
kenapa kau pergi menduluiku kawan? tidakkah kau rindu padaku?
hei, benarkah bidadari di sana jelita nan rupawan?
ah..rupanya itu alasan kau tak mengajakku serta

Senja itu semakin suram kawan
se-suram diriku yang tanpa tujuan
kehilangan dirimu yang tak tergantikan
entah kapan aku bisa menemuimu lagi
atau mungkinkah engkau yang bisa menemuiku kembali?
tidakkah senja di surga lebih indah dengan kahadiranku kawan?
aku merindakanmu kawan

Semoga, suatu saat kita bisa kembali menikmati senja itu kawan
berdua. bersama. selamanya.

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis β€œPoetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

31 thoughts on “Poetry Hujan : Senja Itu

  1. weww, pamungkas nih ceritanya bun….hihih
    dapat inspirasi saat2 penutupan ya bun….

    bagus yg ini bun..
    saya juga merindukan sesosok kawan untuk menemani kesepianku,, hahaha

    Orin : huwaa…kaget udh ad yg komen hihihi..
    Iya nih, udh lama buat puisi ini, tapi kmrn2 blm ada kata ‘hujan’nya he he. Adeuuuh…ad yg lg rindu euy πŸ˜€

    Like

    • hahaha,, iya kebetulan tadi waktu mau pulang kayanya ada bacaan bagus, jadi ya saya baca dulu…hihih

      haha,, iya lah bun, merindukan bidadari yg msh disimpan oleh Allah SWT,, hahahaha

      Orin : “merindukan bidadari yg msh disimpan oleh ALLAH SWT” ehem, dalem banged :p sok atuh lah segera temukan bidadari ituh Mab πŸ˜‰

      Like

  2. duuh kenapa selalu senja yang dijadikan alasan atas kemuramdurjaan yaa??.. padahal kan senja itu indaah. *pura-pura protes.

    sukses deeh buat lombanyaa.. kejar tayang, eh.. kejar hadiah niih ceritanya πŸ™‚

    Orin : Ish…aku jg pecinta senja kok mas Phe, pokonya senja itu bisa romantis, manis, sedih, sekaligus membahagiakan deh hohoho…

    Like

  3. Pas BW kemari eh udah ada 2 postingan…
    Hebaaat deh teh Orin… πŸ˜€
    Btw, Aku setuju ah sama Gaphe..
    Hihihi.. Senja itu indah… Dan sejuk…

    Tapi puisinya bagus…
    Aku klo disuruh bikin puisi, nyerah deh.. Hihihi..
    Sukses kontesnya, Rin.. ^_^

    Orin : Toss ah, aku jg pecinta senja mba πŸ˜‰ hihihi…
    Tengkyuuu… Peluk cium buat Vania ya mba πŸ˜‰

    Like

  4. karena senja puisi ini ada,,,saya tau alasannnya kenapa memilih senja,,,mefettt waktunya ya Kak…tapi keren nih,,,nyambung kataΒ²nya

    Orin : hahaha….begitulah Sof :p

    Like

  5. baca puisi ini jadi inget sahabat dhe yang udah meninggal.. terharu mbak orin, hix hix.. bagi tissue nya dong T_T

    Orin : Puisi ini jg aku buat dg mengenang sahabat baikku yg baru saja meninggal Dhe… Tissue-nya barengan ya ^^

    Like

  6. wah, ini dah ketauan, kayaknya jadi pemenang utama di acara nya Putri dan Bang Aswi πŸ™‚

    semoga sukses ya Orin
    salam

    Orin : Waduh…Aamiin…semoga doa Bunda Lily dikabulkan Allah SWT πŸ™‚

    Like

  7. Seperti jagoan dalam film, muncul belakangan tapi langsung jadi pemenang. Semoga demikian dengan puisi ini, meski di launching di detik-detik terakhir, sepertinya memilliki semua persyaratan untuk jadi pemenang. Insya Allah.

    Orin : huwaa… Aamiin…makasih doa baiknya Abiiii πŸ˜‰

    Like

  8. bingung mau nulis apa!!!abis gak ada yang “retak” dalam puisi ini,,,,,

    kunjungan balik mbak’e!!!!!!!

    Orin : Waduh? he he…terima kasih banyak apreasiasinya mbaheariel πŸ˜‰

    Like

  9. Ini puisi juara, Rin. Abang suka! Sampai ada seorang kawan yang bilang bahwa puisi ini bercerita tentang Abang. Hei! Emangnya Abang sudah meninggal? ^_^

    Orin : Abaaaang…hatur nuhuuuun, huhuhu terharu Orin jd juara. Eh? kok dikira tentang Abang sih? hihihi… Puisi itu memang untuk sahabat Orin yg sudah menikmati senja di surga Bang ^^

    Like

  10. Langsung meluncur ke TKP setelah melihat puisi sang juara dikuis Poetry Hujan dan ternyata gag salah.
    Puisinya dahsyat, anda layak menerima kemenangan itu.
    Selamat ya.

    Salam.. .

    Orin : Terima kasih banyak apresiasinya ^^

    Like

  11. Hehehehe……..ternyata ramalannya bundadontworry bener-bener terjadi tuh. Mantuuaaabbb…ramalan. Selamat ya Orin, kita baru aja kenalan tapi kayaknya udah lama ya? Bunda pengen donk belajar bikin puisi/syair yang keren kayak Orin gitu. Iiiiccchhhhh si bunda selalu aja pengen.com. Sekali lagi selamat ya sayang.

    Orin : Bundaaaa… wong orin jg msh belajar kok, dan ga nyangka bisa menang beginih hohohoo… Makasih ya Bunda *kiss…kiss…*

    Like

  12. congrats yaa, sesama pecinta puisi nih. mampir donk, aku dah 2 kali lho mampir sini πŸ™‚

    Orin : tadi sudah mampir kok mba, ke rumahmu yg semarak itu ^^ Terima kasih apresiasinya yaa πŸ˜‰

    Like

  13. Pingback: Hujan yang Tercatat, Senja yang Tercatat; Keduanya Memikat! « Usup Supriyadi

Leave a comment