Warning: hanya sekadar tulisan pendek dari pikiran geje tidak seberapa penting 🙂
*
Pagi tadi saya menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh DirJen Bea Cukai, sosialiasi tentang apa dan sebagainya dan sebagainya tidak perlulah ya saya jelaskan, ribet bo! hihihihi. Dan meskipun menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Bagimu Negeri itu juga cukup menarik, tapi bukan itu yang ingin saya bahas kali ini, tapi sebait doa yang dipimpin penyelenggara.
Ada sebaris doa yang (kurang lebih) berbunyi demikian, “….Tuhan, jangan beri kami ujian yang tidak bisa kami selesaikan…” Dan kalimat itu entah kenapa menggelitik hati dan pikiran saya selama perjalanan kembali ke kantor (sehingga akhirnya terciptalah postingan ini :P).
Tidak, saya tidak mengatakan bahwa kalimat itu -katakanlah- kurang tepat, tapi saya memang kurang sependapat. Kenapa? Karena (menurut logika sederhana saya) Tuhan memang tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hambaNya, sehingga apa pun ujian yang menimpa si hamba, pasti akan terselesaikan dengan baik selama dia beriman pada Sang Pemberi Ujian. Dan bukankah tidak ada seorang manusia pun yang mengakui beriman, yang tidak diuji keimanannya? ‘Tawar menawar’ ujian pada Tuhan menjadi terlihat sedikit absurd.
Maka saya kembali teringat kalimat pendek indah yang pernah dituliskan Gola Gong di salah satu bukunya yang entah apa, bahwa “Tuhan tak menciptakan beban tanpa pundak”, sehingga (mungkin) kalimat yang lebih tepat, atau setidaknya, kalimat yang akan saya pilih untuk berdoa adalah meminta Tuhan untuk berkenan menguatkan pundak saya atas apa pun beban yang dikehendakiNya bagi saya.
Ah ribet hidup lo, Rin. Berdoa aja dibikin masalah!
Demikian komentar seorang sahabat saat saya menanyakan pendapatnya perihal sebaris doa yang menurut saya kurang tepat itu. Dan saya bisa memaklumi komentarnya sih, sebagian besar toh berdoa dilakukan sendiri, langsung antara si hamba dan Tuhannya, terserahlah ya bahasanya seperti apa.
Dan saya memang tidak sedang bikin masalah kok, cuma kurang sependapat saja dengan redaksional kalimat doa tersebut. Toh saya sangat mengerti, esensi sebuah doa adalah keberserahan kita, pengakuan si hamba yang tergantung sepenuhnya pada Sang Pencipta, yang menginginkan bisa lulus ujian dengan sempurna.
Nah, jadi gimana? Kita masih berteman kan ya? hehehehe
Bahkan Allah saja sudah berkata bahwa di setiap kesulitan akan ada dua kemudahan, kurang baik apa coba diberikan ujian dan kemudahan juga 😁 Rin, kartupos baru saja kukirim ya. Mudah2an sampai dengan selamat sampai tujuan. The
LikeLiked by 1 person
huwahhhh…*menanti kartupos dg harap2 cemas*
Tengkyu ya Deeeen
LikeLiked by 1 person
Setuju sama Orin 🙂
LikeLiked by 1 person
ibuuuuuuu…
LikeLike
Hati2 mba dibilang setan kaya blog sebelah karena isi doa yg ga sependapat🙊😂. Urusan doa itu mau gimana sih emang masing2 sih ya.. Yang penting pake adab. Cuma masalah adab ini aja kadang tiap orang suka beda. Si A bilang ga baik, si B bilang no problem. Hehe..
LikeLiked by 1 person
memang harus menghormati perbedaan ya, termasuk soal berdoa 🙂
LikeLiked by 1 person
Doa kadang dibuat kayak puisi, hahaha… Doa apa mau deklamasi?
Saya sih doa apa adanya, gak perlu dengan kalimat yang memukau, langsung aja apa yang diminta.
LikeLiked by 1 person
hihihihi, kan ceritanya lg merayu Tuhan mas 😀
LikeLiked by 1 person
Tenang Rin, kita masih berteman 😀
Tuhan kan mempersilahkan kita minta apapun, perihal dikabulkan ya itu hak Sang Pemilik Segalanya itu 🙂
LikeLiked by 1 person
asyiiik, makasih mbak Y msh mw berteman sm akuuuh #eh
LikeLike
Tentang berdoa… Sepertinya banyak dalil yg bisa dijadioan acuan tentang bagaimana berdoa dan isinya.
Cuma saya sendiri nggak banyak tahu juga 😀
LikeLike
hehehe…yg ini pendapat pribadi aja bang 🙂
LikeLike
Pdahal doa cukup kita dan tuhan aja yang tahu iya kan kak
LikeLike
Setuju, Rin. Beban yang kita terima pasti tidak melebihi kekuatan kita untuk bertahan. Maksud doa di atas, mungkin ya, dugaanku meminta Tuhan agar kita tidak pernah punya pikiran/anggapan bahwa kita tak akan kuat menahan beban dari Tuhan. Hanya saja redaksinya kurang tepat. Semacam memperkuat harapan gitu deh… Karena kadang dalam hidup kita udah kewalahan menghadapi masalah sampai-sampai kadang lupa bahwa Tuhan lebih besar dari masalah ini. Kita pernah sadar bahwa beban tak akan melebihi kesanggupan, tapi saat beban datang bersamaan, kadang keyakinan menipis. Dan mungkin itulah yang coba diminta oleh si pendoa tadi. Mungkin lo ya… 🙂
LikeLike
Saya baru tahu istilah “tawar menawar ujian” dengan Tuhan~ 😂
Setuju banget sama teh orin, dan kita masih berteman kok~ ✌
LikeLike
Suka banget kalimat “Tuhan tak memberikan beban tanpa pundak”. udah lama nggak nulis kalimat2 fiksional spt itu, jadi kangen. *maaf komen gak nyambung
LikeLike
setiap ujian yang diizinkanNya terjadi, disediakanNya jalan keluar ya Neng Orin, elok sekali penyelenggaraanNya. Hatur nuhun postingan yang menguatkan setiap pembacanya. Salam
LikeLike
Iya mbak, bukan pundak yg diciptakan bersama beban, tapi kemudahan, jalan keluar
LikeLike