Senja menjelang, masjid mulai terlihat ramai. Tapi seorang kakek yang kulihat seminggu ini tetap menggelar sajadahnya di beranda masjid, di samping pilar paling ujung yang terlampau sepi. Baru bergabung saat sholat berjamaah dimulai.
Penasaran, aku mendekatinya.
“Assalamu’alaikum, Kek, mari menunggu di dalam, masih banyak tempat kosong.”
“Mas baru ke sini ya?” tanyanya setelah menjawab salamku.
Aku mengernyit, ajakanku berbalas pertanyaan -yang menurutku- tidak berhubungan sama sekali.
“Betul, Kek,” jawabku akhirnya.
Lelaki tua itu tersenyum. “Saya di sini saja, Mas.”
“Kenapa, Kek?”
“Saya suka memandangi menara masjid itu, Mas.”
Aku mengikuti arah pandangan matanya, pada menara tertinggi yang ada di masjid ini. Terlihat begitu tinggi dari tempat kami berada. Megah. Indah. Tapi untuk apa Si Kakek memandanginya berlama-lama?
“Oooh.” Aku hilang kata, hanya kuperhatikan saja saat Si Kakek memandangi sang menara, bibirnya tersenyum lebar, meski matanya kulihat sedikit mengkristal.
Mungkin Kakek ini sedikit gila, pikirku. Kutinggalkan dia menikmati si menara sendirian.
“Dibiarkan saja, Mas. Sudah beberapa tahun ini Pak Irman memang begitu,” ujar seorang anak muda yang kulihat sering menjadi muazin.
“Kenapa Pak Irman begitu menyukai memandangi menara masjid, Mas?” tanyaku masih penasaran.
Anak muda itu menatap Pak Irman yang masih asyik menatap menara. “Anak lelaki pak Irman terjatuh dan meninggal dunia saat sedang membersihkan menara.”
“Oh?”
**

Note: 210 kata
huwaaa….. mengenaskan, kasihan lelaki tua itu hiks
LikeLike
Tragis… Kasian pak irman…
LikeLike
Huaaaaaa…. Merinding sedih keinget bapak… 😢😢😢
LikeLike
astaga, kasihan pak irman… 😢
LikeLike
Wah ngenes. Tapi menara masjidnya bagus.
LikeLike
Endingnya sesuai dugaannku.
Keren mba.
LikeLike
Aduh.
Aku cukup kaget baca endingnya. Tragis. Sedih.
LikeLike
Pak irman *hiks*
Salam kenal dr blogger ala
LikeLike
Ya Allah, akhir cerita yg menyentak dan mendadak bikin sedih.. keren mbak alur ceritanya..
LikeLike
Sedih sih endingnya :’ tragis banget :’
Tapi keren mbak 🙂 hihih
LikeLike
Kasian anaknya pak irman, tp khusnul khotimah 🙂
LikeLike
Suka sama endingnya meski sedih jadinya.
LikeLike
Saya sudah datang ke sini dan membaca tulisan ini
Terima kasih telah berkenan untuk ikut meramaikan Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid di blog saya
Semoga sukses.
Salam saya
LikeLike
Innalillahii.. sediiiih 😦
Btw selamat sudah menjadi pemenang, salam kenal 🙂
LikeLike
Cerita nya sedih 😦
LikeLike
Selamat ya Orin, menara masjid dan kemenangan. Salam
LikeLike
Semoga lelaki tua itu diberi keikhlasan atas kepergian puteranya
LikeLike
Semoga lelaki tua itu diberi keikhlasan atas kepergian puteranya. Eniwei, selamat ya, Mba 🙂
LikeLike
Insya Allah anak Pak Irman mendapat tempat yang layak karena meninggal ketika sedang membersihkan menara masjid. Al-Fatihaah…
LikeLike
jadi terharu itu bisa jadi cerminan bagi kita semua
LikeLike