Saya sedang membaca ulang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Novel ini sudah saya baca saat kuliah dulu, berarti sekitar 15 tahun yang lalu. Dan dari sekian banyak kesan yang tertanam kuat di benak dari cerita dalam novel, fenomena keracunan tempe bongkrek adalah salah satunya.
Dalam novel, Santayib -Bapak dari Srintil sang Ronggeng- adalah pembuat dan penjual tempe bongkrek di Dukuh Paruk. Hingga suatu saat, tempe bongkrek yang dibuatnya mengandung racun, dan membunuh sembilan orang dewasa (termasuk kedua orang tua Rasus, sang tokoh utama pria dalam novel) dan sebelas anak-anak. Kesalahan tentu saja seharusnya ditujukan pada bakteria jenis pseudomonas coccovenenans yang ikut tumbuh dalam proses peragian, meskipun warga Dukuh Paruh lebih percaya bahwa moyang mereka Ki Secamenggala sedang meminta tumbal dari anak cucunya.
Cerita dalam sebuah novel tidak selalu seluruhnya bersifat fiktif, pada kisaran tahun 1940an (setting waktu dalam novel saat warga Dukuh Paruk keracunan), tempe yang terbuat dari bungkil kacang kedelai dan ampas kelapa itu memang lazim dikonsumsi di daerah Jawa Tengah. Dan keracunan pada 34 orang warga kecamatan Lumbir, Banyumas benar-benar terjadi pada tahun 1988. Sehingga Pemerintah melarang masyarakat untuk memproduksi, mengonsumsi dan menjual tempe berjenis bongkrek ini.
Prolog yang sangat panjang :).

sumber gambar : wikimedia
Tapi tempe (secara keseluruhan) memang sangat fenomenal. Dalam sebuah diskusi bersama Mas Arie Parikesit sang ahli kuliner, tempe sudah dikonsumsi sejak zaman Majapahit! Jika tempe masih bertahan dan tetap dikonsumsi hingga sekarang, maka ada sesuatu yang ‘ajaib’ di dalam sekotak tempe ini.
Mari kita telusuri kandungan gizi dan manfaatnya.
Terbuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dengan jamur Rhizopus oligosporus, maka tempe memiliki hampir seluruh gizi dari kedelai. Misalnya kandungan protein nabati yang tinggi (20,8 gr), serat (1,4 gr), kalsium (155 mg), vitamin B1 (0,19 gr), lemak (8,8 gr), fosfor (326 mg), karoten (34 mikrogram) dan zat besi (4 gr) di setiap 100 gramnya.
Manfaatnya? Banyaaak. Sebagai sumber protein sudah jelaslah ya, ada 18 jenis protein dan asam amino yang mudah diserap tubuh. Menurunkan risiko serangan jantung, karena bisa menetralkan efek negatif kolesterol jahat dengan kandungan lemak tak jenuh majemuk (PUFA), niasin, Omega 3 dan 6. Menangkal radikal bebas karena mengandung antioksidan kuat. Bahkan bersifat Hipokolesterolemik yaitu menurunkan lipid atau lemak dalam darah.
Tidak heran tempe seringkali menjadi menu andalan saat diet. Bahkan kabarnya Miley Cyrus juga mengonsumsi tempe sebagai salah satu menu dietnya lho. Atau program Food Combining yang kekinian, menjadi lebih mudah dijalankan bagi si penyuka tempe karena makanan ini tidak perlu dihindari. Bahkan dalam diet mayo yang happening saat ini, tempe pun menjadi salah satu jenis makanan yang boleh tetap dikonsumsi.
Makanan rakyat ini pun sangat mudah diolah. Digoreng seperti tempe mendoan, dibuat keripik, dibacem, ditumis biasa bersama sayur mayur, bahkan bisa dijadikan ‘daging’ burger bagi vegan. Bahkan di sebuah tayangan berita sore tadi, di Malang seorang pengusaha rumahan memproduksi coklat tempe! Menjadikan tempe yang sudah dipotong kecil2 dan digoreng (atau disangrai? lupa :D) sebagai pengganti kacang (mete, tanah, macadamia, dll) di dalam coklat. Penjualannya sudah sampai ke Singapura segala lho. Tidak mustahil, di masa depan akan tumbuh banyak inovasi kuliner berbahan dasar tempe.
Meskipun, nutrisi dari tempe lebih optimal jika tempe diolah dengan cara direbus-dikukus-ditumis, karena poses menggoreng memang terkadang bisa menghilangkan berbagai nutrisi baik pada bahan makanan.
Mendunia? Kurang mendunia gimana lagi sih kalau sudah penyanyi sekaliber Miley Cyrus menjadikan tempe sebagai menu diet? hehehehe. Tapi saya ingat pada Sofue san, salah satu expatriate di kantor saya dulu, yang selalu menyukai tempe hingga tidak keberatan membeli makan siang di warteg seperti kami para anak buah. Bahkan saat beliau kembali ke Jepang, dia bisa saja tiba-tiba menelepon dan bilang kangen makan gorengan tempe di abang-abang gerobak hahahaha.
Dan jika dikaitkan dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Belanda dan bahasa Inggris, bahkan menjadi bahan untuk lebih dari 50 skripsi dan Thesis di universitas-universitas di Swedia, bukankah menjadikan sang tempe sudah sangat mendunia dengan sendirinya?
Meskipun ada yang sedikit mengganjal di hati saya perihal sebuah frase ‘mental tempe’ yang definisinya sedikit negatif, bahwa manusia yang ditempeli predikat demikian seolah lemah dan tidak memiliki daya juang yang tinggi. Padahal, filosofi tempe sangatlah kuat. Dia hidup sejak zaman baheula hingga sekarang, bisa beradaptasi dengan baik (karena bisa diolah menjadi hampir semua jenis masakan), dan memiliki manfaat yang sangat banyak. Seharusnya mental tempe mewakili mereka yang tahan banting, kreatif, dan berguna bagi kebaikan umat ya kan, ya kan? *maksa* hihihihi.
Mari kita sudahi saja postingan yang sudah terlampau panjang ini, dengan sebuat pernyataan sederhana bahwa saya bahagia terlahir di Indonesia di mana tempe bertumbuh dan mengada *tsaaah*.
***
Tulian ini diikutsertakan dalam lomba blog Jelazah Gizi 3
Sumber data:
farrago.co.id
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
asliindonesia.net
duh itu mah novel favorit , endingnya nyesek. eh lagi ngomongin tempe ya, tempe kaya protein dan murah, di rumah lagi dibudayakan makan tempe nih anak-anak, mereka masih lebih milih tahu dari pada tempe
LikeLike
baca novel sambil ngemil tempe Rin hihihihi
LikeLike
Tempe dibuat dari kedelai enak rasanya
LikeLike
iyaaa, enak bgt 😀
LikeLiked by 1 person
mental tempe = mental lemah salah banget itu padahal ya. Menu wajib itu mah tempe biasanya di camil aja 🙂
LikeLike
iya Teh, kalo pas laper tapi belom waktunya makan jadi cemilan deh hihihihi
LikeLike
apa cuma saya sendiri disini yang suka banget sama tempe? hehe
LikeLike
banyak sepertinya fans tempe garis keras hehehe
LikeLike
Ini menu wajib di rumahku, nih. Vay itu sebutannya adalah Miss Tempe, kita selalu rebutan kalau ada tempe. Tempe memang lezatnya tak bisa ditandingi. Diapain tetap enak!
LikeLike
iya ya, diapain juga tetep enyak si tempe ini mbak Zy
LikeLike
Tempe selalu jadi favorit di rumah. Kalau di sini tempe juga macam-macam sih, ada tempe kedelai biasa, tempe gembus, tempe koro.
Aku pas baca Ronggeng Dukuh Paruk itu juga lantas keinget bencana tempe bongkrek beracun di Jogja. Waktu itu kalau nggak salah masih SD deh. Ngeri, banyak yang meninggal 😦
LikeLike
eh? di Yogya jg toh mbakyu? aku kemarin gugling baca beritanya ya yang di Banyumas itu..
LikeLike
Jika tak ada sate tempepun oke.
Sayapun termasuk penikmat tempe
Tempe juga populer sekitar tahun 1963 an ketika Indonesia memutuskan keluar dari PBB. Ada gending Jawa yang sangat populer kala itu.Liriknya sangat ” Pede”
Indonesia dudu bangsa tempe
Indonesia bisa ngadeg dewe
Ora usah bantuane
Kang saka PBB
Iku mung alate imperalis bae
Tuh, macho kan.
Salam sayang dari Jombang
LikeLike
Wow, gendingnya keren Pakdheeee. Betul kita harus pede dg tempe ya
LikeLike
Tempe salah satu makanan favoritku, apalagi kalau dibuat pecek tempe yang dikasih daun kemangi 🙂
LikeLike
huwaaah, ngebayanginnya jadi laper mbak Li..
LikeLike
Hummm.. Yummy, tempe emang mantap sangat, kaya akan protein dan tentunya harganya terjangkau banget, pas banget di kantong hehe
LikeLike
Betul…betul…betul…murah meriah enak sehat tempe ini
LikeLike
Waktu kecil saya suka makan tempe mentah, saya ambil beberapa iris yang mau digoreng ibu.
Kalo sekarang suka tempe yang digulai.
Semoga menang.
LikeLike
wah, enak juga ya mas yg masih mentah? hehehe
LikeLike
kesukaan sayaaaa…. tempe. Banget dicari ini. Baru tahu kalau ternyat Miley diet tempe. 😀
LikeLike
Yuk kita ikutan diet pake tempe mas Ryan #eeaa hihihihi
LikeLiked by 1 person
Fokusnya ke kata diet bukan tempe nih sayaaa. Hahaha
LikeLike
kalau saya lebih suka tahu, ketimbang tempe.. hheee 😀
LikeLike
Nggak apa-apa mas, masih sepupuan kok mereka *halah* hihihihi
LikeLike
aku juga suka tempeee mb…mantebh!
semoga menang..
dan aq mau cari novelnya….tfs salam kenal…
LikeLike
Silakan, recommended bgt novelnya kalo buatku ya, baguuus hehehehe
LikeLike
I love tempe very much ^_^
Salam kenal mbak, liat tulisan saya tentang kedelai ya, meski bukan tulisan serius 😀
bangicalku.wordpress.com/2015/10/20/kedelai-jepang-dan-kedelai-indonesia
LikeLike