Nasi Tutug Oncom

Kenapa saya tiba-tiba saja membahas nasi tutug oncom, karena teman blogger yang berada di LA sana rupanya belum pernah mendengar makanan ini *sedih* hehehehe. Padahal, saat saya hadir dalam sebuah event dan Nasi Tutug Oncom merupakan salah satu menu, beberapa mister bule sampai nambah dua kali karena menurutnya nasi ini enak. Nah kan!

Padahal, kuliner khas sunda itu tidak melulu soal karedok, lotek, nasi timbel, es cendol, atau surabi saja lho. Cobalah Nasi Tutug Oncom, dan bersiaplah untuk ketagihan!

Barangkali ada yang belum tahu, tutug itu artinya tumbuk dalam bahasa Sunda. Jadi secara harfiah nasi tutug oncom memang adalah nasi beserta oncom yang sudah ditumbuk.

Awalnya, nasi tutug oncom ini banyak dikonsumsi rakyat jelata. Harga oncom yang terbilang lebih murah dibandingkan tempe atau tahu, menjadi pilihan menu bagi teman nasi putih. Apalagi kuliner ini bisa dimakan tanpa tambahan lauk apa pun, karena si oncom sudah dibumbui sebelum dicampurkan dengan nasi jadi bisa langsung dimakan begitu saja.

Nasi Tutug Oncom

sumber foto : dokumen pribadi

Meskipun tentu saja, beberapa tahun terakhir nasi tutug oncom sudah ‘naik kelas’, karena bisa dijumpai di restoran-restoran mahal (meskipun bukan restoran khusus makanan Sunda), bahkan menjadi salah satu jenis nasi khas Indonesia yang pasti ada di festival-festival kuliner nusantara. Dengan tambahan lauk tahu-tempe goreng, kering kentang, ayam kremes, peyek kacang dan sambal+lalapan, sepiring nasi tutug oncom buat saya bisa membawa pada imaji makan di saung di tengah-tengah sawah :).

Pada dasarnya ada dua jenis oncom, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Keduanya dibedakan dari bahan yang dipakai dan jenis kapang. Pengertian kapang sendiri adalah mikroorganisme yang termasuk dalam kingdom fungi (jamur) yang membentuk hifa. Kapang biasa digunakan dalam makanan fermentasi seperti tempe, tahu, dan oncom.

Oncom merah biasanya terbuat dari bungkil tahu, yaitu ampas dari pembuatan tahu. Dalam proses pembuatan oncom merah dihasilkan oleh kapang neuro sporasitophila yang memiliki strain warna jingga, merah, merah muda, dan peach. Oncom merah biasanya lezat dijadikan sambal oncom, ditumis dengan leunca atau genjer juga enak, dipepes atau menjadi isian combro pun tidak kalah nikmat.

Sementara Oncom Hitam diambil dari bungkil kacang tanah yang dengan campuran ampas singkong atau tepung tapioka. Dalam proses pembuatannya, oncom hitam dihasilkan oleh kapang rhizopus oligosporus. Oncom jenis ini teksturnya lebih keras. Biasanya oncom hitam ini dijadikan taburan di atas serabi, digoreng kering dengan tepung, dipepes, dan dijadikan nasi tutug oncom.

Meskipun makanan ‘rakyat’, ternyata kandungan gizi dari sebongkah oncom cukuplah banyak, antara lain sebagai berikut:

  • Air = 87,46%
  • Energi = 187 kkal
  • Protein = 13 gr
  • Lemak = 6 gr
  • Karbohidrat = 22,6 gr
  • Kalsium = 96 mg
  • Fosfor = 115 mg
  • Zat Besi = 27 mg
  • Vitamin A = 0 IU
  • Vitamin B1 = 0,09 mg

Bahkan manfaatnya pun cukup mencengangkan, misalnya saja bisa mencegah perut kembung, proses fermentasi oleh kapang Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus telah terbukti dalam mencegah terjadinya flatulensi (kembung perut). Bisa juga menjaga sistem pencernaan hingga mengurangi kolesterol, hal ini karena oncom kaya akan kandungan protein. Kandungan seratnya dapat merangsang produksi rantai pendek asam lemak oleh mikroflora usus, yang sangat berpengaruh pada pengurangan kolesterol yang disebabkan oleh efek kolaboratif pepsin, protein, isoflavon aglikon.

Pembuatan Nasi Tutug Oncom sangatlah sederhana. Oncom (sebaiknya oncom hitam) dibakar sebentar, lantas ditumbuk dengan berbagai bumbu seperti kencur, bawang merah-putih, garam, dan cabe rawit (jika ingin pedas) yang telah ditumis. Selanjutnya tinggal dicampurkan dengan nasi putih pulen. Bisa dibakar kembali setelah dibungkus daun pisang, atau langsung dimakan pun (tanpa dibakar lagi) tetaplah nikmat. Apalagi jika dimakan dengan menggunakan tangan, duduk lesehan sambil ngobrol ngalor ngidul bersama orang-orang tercinta, pasti tambah nikmat hehehe.

Ditambah segala manfaat yang diperoleh dari nasi dan lauk pelengkap, kuliner khas ini menjadi kombo gizi yang baik bagi tubuh. Nasi Tutug Oncom mungkin belum sepopuler Nasi Goreng yang bahkan dikangeni Presiden Obama, tapi mudah-mudahan saja Nasi Tutug Oncom ini suatu saat bisa mendunia, karena percayalah, nasi yang satu ini raos pisan, sodara-sodara! 🙂

***

Tulian ini diikutsertakan dalam lomba blog Jelazah Gizi 3

 

Sumber data:

manfaat.co.id

wikipedia.org

aguskrinoblog.wordpress.com

Advertisement

34 thoughts on “Nasi Tutug Oncom

  1. Waduh membaca jadi berputar kali nambah wawasan, asli baru tau klo oncom dari ampas tahu atau ampas singkong, aku kira terbuat dari tempe yg udah busuk. Duh maluuuu deh ga tau sama sekali. Aku suka nasi tutug oncom dikenalin dari tante yg sengaja ngadain syukuran khusus untuk ku yg akhirnya menikah hahahaha, menu menu nya asli raos pisan, tutug oncom yg kini aku cari setiap pulang kampung

    Like

      • Hihihi soalnya aku yg paling telat nikah, lewat dr umur 30 baru nikah, dan tante ku itu yg dulu paling getol jodoh jodoh in aku, padahal dia sendiri ga menikah, sampe bilang klo kamu nikah tante mo syukuran, dan bener bener dilaksanakan pake nasi tutug oncom pula

        Like

  2. hai mbak, wah saya juga suka banget sama nasi tutug oncom ini, kalo saya biasa bilangnya disingkat jadi nasi TO, hehe.

    Alhamdulillah juga saya bisa bikinnya kalo lagi ada oncom bandung d rumah (lebih bagus kalo pake oncom bandung)

    btw, semoga tulisannya menang ya 🙂

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s