Mencuri (?)

Baiklah, mumpung hari Senin saya mau nyinyir *lho?* hihihihi.

Jadi seperti biasa, saya dan AM belanja bulanan di toko besar temennya Nobita itu malam minggu kemarin. Penuh mah sudah pasti ya, nama pun baru gajian, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan.

Akang suami ini suka sekali buah lengkeng. Bisalah dia makan sekilo sendirian dalam satu waktu sambil nonton TV hihihi. Di pasar harganya masih 25 ribu sekilo. Pas belanja kemarin itu cuma 20 ribu sekian-sekian begitulah harganya, langsung beli dong ya tanpa berpikir lagi, lumayan Bu selisihnya buat beli cabe #eeaaa :P.

Sudah diduga si lengkeng ini laris manis, bersama saya, berdiri 6-8 orang yang ikut memilih dan memasukkan lengkeng dari batangnya ke dalam plastik sebelum ditimbang. Proses pemilihan ini agak merepotkan juga ternyata, karena di dalam kotak banyak juga kulit + biji lengkeng di sana!

Sudah bisa menebak belum kenyinyiran apa yang ingin saya bahas? 😀

Rupanya, para calon pembeli lengkeng ini memilih sambil ‘mencicipi’nya dengan santai, nggak cuma 1-2 bijik, tapi banyaaaak. Bahkan saya lihat ada seorang ibu yang dengan sengaja memanggil suami dan anak-anaknya untuk juga ikut mencicipi. Dan berhubung saya sedang nyinyir, saya perhatikan hampir semuanya melakukan hal yang sama lho (baca : memakan lengkeng).

Padahal, di plang di atasnya, persis bersebelahan dengan papan penunjuk harga, tertera kalimat yang isinya kurang lebih “terima kasih untuk tidak mencicipi”. Tapi ya gimana, kalimat itu bukan larangan sih ya, cuma nggak dikasih terima kasih doang mah nggak apa-apa kali ya, jadi cicipi saja toh sepuasnya?

Pencurian buah lengkeng rasanya terlampau berlebihan ya, kan ‘cuma’ mencicipi, masa nggak boleh? Tapi masalahnya adalah, yang jual ridlo nggak tuh? Logikanya, kalau si penjual ridlo (sudah dimasukkan ke dalam post ‘kerugian’ di neraca keuangan oleh pihak toko, misalnya), mereka tidak akan memasang plang ‘himbauan’ semacam itu kan?

Berbeda kalau belanja di pasar, atau sama si abang-abang tukang buah di pinggir jalan, kita kan bisa minta izin dulu ya buat nyicip, dan keterlaluan kalau nggak boleh (ga usah jadi beli aja! hahaha), jadi ijab kabulnya jelas, transaksinya tahu sama tahu. Definisi ‘mencicipi’ ini juga ambigu sih ya, seberapa banyak? Satu buah? Lima butir? Atau sekenyangnya? Tujuan mencicipi itu apa? Ingin mencoba sebelum membeli kan? Tapi memangnya ada lengkeng yang nggak manis? *serius nanya*.

Yah, nama pun nyinyir, jangan dianggap terlalu serius ya, temans hehehe. Kembali ke individu masing-masing saja sih tentunya. Dan mari kita ngemil lengkeng :).

Advertisement

36 thoughts on “Mencuri (?)

  1. selama tidak jelas akad mencicipi itu buat apa dan tidak ada keridaan dari penjual, ya sebaiknya dihindari sebab mengandung kerugian bagi satu pihak. Bila sudah ditulis plang semacam itu lalu bebal, yes, itu mencuri!

    Like

  2. ada teh..kadang ada yg rasanya ga manis..tapi paling cuma satu atao dua buah sih ya..

    beugh..itu yg mencicipi apa ga mikir yaa…kalo makan makanan tanpa izin itu sama aja ama mencuri..dan mencuri itu dosa..alias makanannya jadi haramkan yaaa…makanan yg haram dimasukin kedalam tubuh jadi daging..beughh..

    Like

  3. Ya klo boleh mencicip, ciciplah sedikit saja. Karena? Hmmm ntar klo aku ambil apa yg bukan hak-ku (dan penjualnya gak ridho!), pasti Alloh akan ambil harta apa yg aku punya dgn cara yg gak enak di hati….

    Like

  4. Wkwkwk itu sih ambil kesempatan. Syukur-syukur kenyang.

    Saya gak pernah mencicipi. Pertama, males banget tangan jadi lengket. Kalau di rumah kan tinggal cuci tangan. Kedua, kalau cuma nyicipin sih gak akan puas. Mending beli aja langsung. Masalah nanti asem atau enggak urusan belakangan 😀

    Like

  5. Mungkin SPG nya mau ngelarang takutibu2 ne tersinggung
    Nanti si ibu kalau tersinggung hapdate status di FB jadi viral terus bikin petisi
    #agak2dramaya

    Sebaiknya ga mencicipi,,krn emang dilarang,,logikanya ya pasti ada yg ga manis karena lgi diskon :))

    Like

  6. Wah hindari saja sebaiknya. Walau tidak ada larangan secara tegas tapi minimal itu hukumnya masuk ke syubhat, klo si pemilik ga ikhlas jatuhnya haram. Hmm….enaknya ga seberapa tapi ruginya dunia akhirat.

    Like

  7. saya juga penah membuat tulisan seperti di atas, teh…. sebab melihat kejaidan yang rada mirip juga. kalau seperti di atas, saya seh mengkategorikannya sebagai pencurian.

    kecuali kalau ada tulisan jelas2…. bahwa buah itu adalah testernya yang disediakan memang untuk dicicipi

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s