Bayi lelaki itu merangkak mendekatiku. Dia berhenti di beberapa langkah dari tempatku berdiri. Pandangan kami beradu. Kurasakan kedua matanya seperti sebilah pedang yang mengoyak-ngoyak pikiranku dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah kulakukan. Tapi, memangnya apa yang sudah aku lakukan padanya? Bah!
Kuteguk isi cangkir hingga kandas. Detik berikutnya kutatap si bayi dengan pandangan yang lebih tajam, jika kedua matanya adalah sebilah pedang, maka punyaku adalah samurai bermata terbalik milik Kenshin Himura, yang mampu membuat tubuhmu terpisah menjadi dua dengan sekali tebas. Ha ha! Aku merasa menang. Aku tak pernah suka anak kecil, apalagi bayi sepertinya. Kenapa bayi ini ada di rumah Naning?
“Ah, kalian sudah berjumpa rupanya.” Wanita yang sedang kujemput untuk kencan itu keluar dari kamar. Gaun marunnya anggun, stiletto danย clutch berwarna senada membuatnya cantik sempurna. Apakah bayi itu….
“Sudah siap?” tanyaku sambil berdiri, memotong pikiranku sendiri. Naning hanya tersenyum sekilas, lantas matanya mengunci tatapanku. Hei, kenapa tatapan matanya seperti si bayi?
“Bagaimana kalau bayi ini adalah anakku, Mas?” Hatiku mencelos. Apakah itu benar? Apakah si bayi itu anak Naning? Bodoh sekali, rutukku sendiri, tidak seharusnya aku terjebak dengan wanita beranak seperti ini. Naning tak boleh tahu, berapa banyak wanita yang kutinggalkan karena mereka -sengaja ataupun tidak- telah mengajak seorang bayi di antara kami. Anaknya atau bukan, aku harus segera meninggalkan Naning.
“Apakah kau kenal wanita itu, Mas?” Naning kembali bertanya saat aku hanya diam, mataku mengekor tatapannya ke arah sebingkai potret di dinding. Kepalaku mendadak pening saat berusaha mengingat wanita dalam potret.
“Dia kakakku, Mas. Mati bunuh diri saat kau tinggalkan dirinya dengan bayi yang tidak mau kau akui,” ujarnya lagi, dingin, seiringย pandanganku yang semakin memburam.
“Kau tahu? Dia pun meminum racun yang sama dengan racun yang kucampur di minumanmu, Mas.” Sayup, masih kudengar suara Naning dan si bayi yang tergelak sesaat sebelum semuanya menggelap senyap.
***
Note, 300 kata, dibuat khusus untuk MFF prompt #32 : Sinar Matanya, walaupun keknya kurang logis sih, judulnya pun seperti biasa geje pisan *ups* hihihihi
dua FF yg saya baca sebelumnya bertema aborsi… untung yg ini bukan ๐
___
hehehehe ๐
LikeLike
prompt dari mas rifki nih emang hawa-hawanya ke arah sana.. masih nyari ide nih ๐
___
Selamat mencari ide ๐
LikeLike
teh Orin emang jagonya bikin “jantungan” pembaca ๐ (y) (y)
___
Wah? makasih Bun ๐
LikeLike
endingnya itu lho … ๐
___
endingnya kenapa ibuuuu ๐
LikeLike
ups.. ternyata buaya darat… ๐
___
he-eh hehe
LikeLike
jadi mati juga laki2 itu?
___
aku matiin aja lah Teh biar cepet *halah* hihihi
LikeLike
mantap!
___
Tengkyu ๐
LikeLike
Waaaa ternyata bls dendam yaaaa ๐
___
hihihi…iya mas ๐
LikeLike
rasain!!!
___
qiqiqi…nechan sadis ๐
LikeLike
kerasa banget ke hati cerita ini
ngeri
___
terima kasih pak ustadz ๐
LikeLike
ini bagus juga….
___
Tengkyu bang ๐
LikeLike
macam mana pulak fiksi ini membuat perasaanku tercampur aduk ๐
___
hehehe…tengkyu Sarah
LikeLike
aaaahhh…
tebakanku salah. Nggak nyangka sama endingnya, Rin. ๐
LikeLike
Bayangin ada bayi yang memiliki tatapan mata setajam silet, eh ๐ klo dibikin sinetron judulnya menjadi tatapan anak bayi.. bukan ratapan anak tiri haha..
Keseluruhan bagus kok Mbak baik gabungan kata dan susunan kalimatnya ๐
LikeLike
Aih… keren mba ๐
LikeLike
waa keren ceritanyaa ๐
LikeLike
aish… tentang dendam membara, rupanya…
LikeLike
sip..sip, kalo yg ini ngerti Rin ๐
LikeLike
ahhhh jadi mati ya hiks
LikeLike
endingnya ga disangka
LikeLike
Meskipun pendek, tapi mampu membuat saya yang membaca larut dalam imajinasi alur ceritanya.
LikeLike
idenya itu semacam kutu beras yang muncul secara spontan. Bikin nyengir dan ngebatin ‘HEBAT’ ๐
LikeLike
Ada buaya keracunan nih disini ๐
LikeLike
Selalu lah yaaaa.. endingnya tooppp ๐
LikeLike
Oohhh… Balas dendam.
LikeLike