Menyeberang

“You jump, I jump.” Tiba-tiba saja aku teringat ucapan si ganteng DiCaprio saat Rose ingin melompat dari Titanic yang sedang berlayar. Maka aku  membayangkan diriku sedang merentangkan kedua tangan di hidung kapal seperti si wanita dalam film itu, lengkap dengan seorang lelaki -entah siapa- yang memelukku dari belakang membisikkan kata cinta. Betapa indahnya dunia.

Lantas lamunanku melompat pada kapal pesiar Royal Carribean, Cruise yang berangkat dari Singapore, berhenti sejenak di Klang Port Malaysia, menuju pulau Phuket nan eksotis di Thailand, lantas kembali ke Harbour Front. Bisa aku bayangkan diriku yang memanjakan diri berspa ria, mencoba ice skating, bahkan berpeluh fitness di dalamnya. Atau sekedar berdiri di langkan kapal seraya menatap samudera luas seperti Poseidon, menikmati dunia kecil di depan mata bagai seorang raja. Haha, aku mulai mengerti kenapa berkhayal bisa membuatmu gila.

Lamunanku semakin liar karena teringat bahtera Nabi Nuh yang raksasa. Aku bisa melihat di kepalaku, manusia-manusia tertib berdiri diam berdampingan dengan para binatang di dalam kapal yang terus bergerak diombang ambing badai, sementara sang manusia pilihan Tuhan meratap pedih karena tidak diperkenankan menyelamatkan anak kandungnya sendiri yang memilih tersesat. Seandainya aku hidup di zaman itu, apakah aku termasuk yang selamat?

Hmm…lamunanku semakin lama semakin absurd. ‘Hijrah’ sepertinya memang bukan sekadar perpindahan tempat tinggal, tapi juga perubahan suasana hati bahkan pergantian karakter diri. Aku menyeberang untuk menjadi aku yang baru. Aih, aroma laut sepertinya sudah berhasil membuat otakku tidak terlalu beku.

“Kita sampai di Pelabuhan Merak sebentar lagi, Dek,” abangku yang sedari tadi diam mulai bersuara, Bakauheni sudah betul-betul tak terlihat, tapi masa depanku masih gelap tak teraba. “Dari sana perjalanan kita masih panjang, rumah calon majikanmu itu di daerah Kelapa Gading, dari Barat ke Timur, belum lagi macet, pokoknya kamu…” ceramah abangku masih belum selesai,  kapal feri tetap melaju perlahan, dan aku sudah ingin pulang,

***

Note : 297 kata, fiksi geje ini (terpaksa) ditulis khusus untuk MFF prompt #22 : Bloating of Boat qiqiqi

31 thoughts on “Menyeberang

  1. di pelabuhan merak itu, dulu aku pernah tarik-tarikan tas kresek sama calo pencari pnumpang bus; ceritanya aku sama teman tidak mau naik busnya, tapi tetap ditarik saja; aku bertahan, lama… peke debat segala, katanya peraturannya kalo tas sudah kepegang harus ikut, seru… akhirnya sopir bus teriak, “kalo ga mau ya sudah, jangan dipaksa…” setelah jauh, teman saya bilang, “sebenarnya tadi kreseknya kasih aja ga papa lalu kita tinggal pergi.” aku heran dan tanya emang isinya apa? “Isinya hanya krupuk klempang saja kok” hehe…
    ___
    heuheuheu….maju terus pantang mundur bgt calonya ya Pak 😀

    Like

  2. Calon ART hebat ngerti : “You Jump, I jump..”.. dan KTT ( Khayalan Tingkat Tinggi )nya nge-twist banget… #tapi yang hebat si art atau si author sih… 😛
    ___
    ART zaman sekarang canggih Mam, aku punya temen yg ARTnya kepengen dikursusin bahasa Inggris 😀

    Like

Leave a comment