[Semacam Review] Chocovanilla

Kamu tau Chocovanilla?

Errr….maksudmu es krim rasa coklat dan vanilla? Aku lebih suka yang stroberi.

Bukaaaaan. Itu nama sebuah blog.

Blog? Nama yang tidak biasa untuk sebuah blog, bukan?

Memang. Dan blog itu -setidaknya menurutku- adalah luar biasa.

Oh ya? 

Aku mengenalnya sejak 2011 lalu, dulu (ternyata) aku menyapanya dengan sebutan mba Choco, dan aku lupa tepatnya kapan, aku mulai memanggilnya buCho, entah kenapa.

 choco

Mungkin kemudian kamu menyadari MbaChoc terdengar sedikit tidak tepat diucapkan.

Hahaha…mungkin juga begitu.

So? Apa keistimewaan blognya buCho ini?

Mari aku ceritakan padamu tentangnya. Lihat tag line-nya : Sweety, milky, creamy, crispy, bitter also. Lucu ya?

Untitled

Ehem…terdengar lezat buatku.

Ah, dasar tukang makan! :P. Terlihat sederhana memang, tapi buatku, kalimat itu sesungguhnya memiliki makna filosofi yang dalam, karena demikianlah adanya hidup ini, bukan? Tidak melulu manis, kadang keras dan bahkan pahit menyakitkan.

Dasar tukang mikir! Mungkin maksud sang empunya Chocovanilla, itu hanyalah deskripsi betapa variatif isi blog miliknya. Seperti juga ChocoVanillla, coklat dan vanilla, dua rasa berbeda yang berada dalam satu suapan. Begitu saja. Titik.

Yaa…bisa juga diartikan seperti itu, karena isinya memang nano-nano, enak mantap seperti rujak buatan Yu Minah.

Yu Minah?

Untitled1

Yup, salah satu kategori dalam blog Chocovanilla bertajuk Serial Yu Minah. Postingan ini adalah obrolan buCho selaku sang pemilik blog, dengan seorang tokoh (fiktif?) bernama Yu Minah si tukang rujak. Prosesi pembelian sebungkus dua bungkus rujak (kadang rujak serut, kadang rujak potong) buCho yang selalu memesan ‘pedas tapi ga pake banget’ itu sangat tidak biasa, mengupas topik-topik yang sedang hangat semisal kenaikan BBM hingga plat nomor berwarna, membuat pembaca -aku maksudnya- tahu berita terkini tanpa harus mengerutkan kening dan masih bisa tertawa. Aku pikir, jika saja ada sebuah Production House yang sudah bosan dengan sinetron absurd semacam Tukang Bubur Naik Haji, maka Serial Yu Minah bisa menjadi tontonan bergizi yang menghibur bagi masyarakat Indonesia.

Semacam Bajaj Bajuri?

Bisa jadi.

Wow. Menarik ya, karena sebuah tulisan sederhana sesungguhnya harus melalui proses penulisan yang jauh dari kata sederhana.

Sepakat!

Lantas, apalagi yang menarik dari blog ini?

Selain Yu Minah yang aduhai, tentu saja ndobosan buCho alias cerita-cerita fiksi. Aku banyak belajar dari fiksi-fiksi miliknya, bahwa tak perlu kata berbunga-bunga untuk mendeskripsikan suasana romantis, atau gunakan saja bahasa biasa yang tepat untuk menimbulkan efek luar biasa yang diinginkan. Itulah kenapa aku tak pernah bosan berkunjung ke sana, karena sepulangnya, aku selalu mendapatkan ‘sesuatu’ yang bisa aku pelajari, walaupun mungkin sekadar tersenyum karena banyolannya yang khas.

I see, kalian memiliki minat yang sama, yaitu menulis fiksi.

Tepat sekali. Aku terkagum-kagum membaca serial Marni si bakul jamu eksekutif, Ramuan Cinta, bahkan Lukisan Cinta yang belum tamat. Tapi ada sebuah fakta yang mengejutkanku, karena ternyata buCho belum pernah sekalipun mengirimkan naskah-naskah novel tersebut ke penerbit, padahal menurutku ceritanya sudah ‘utuh’, sayang rasanya jika hanya dipajang di blog.

Tidak seperti ceritamu yang cenderung geje bin teu pararuguh?

Hahahahaha…. semacam itulah. Tapi setidaknya aku sudah ‘satu buku’ dengannya. Dalam kumpulan FF Obituari Oma, tulisan gejeku bisa juga satu rumah dengan karya-karya miliknya. Maka tidak mungkin suatu saat aku dan sang pemilik Chocovanilla menerbitkan sebuah duet novel, iya kan?

Well, silakan bermimpi.

😛

Lantas apa lagi?

Beberapa waktu lalu papanya baru saja kembali ke surga, dan buCho betul-betul mengaplikasi sebuah teori, bahwa menulis sesungguhnya adalah terapi jiwa. Banyak postingan tentang mendiang sang Papa sesaat setelah beliau berpulang, sangat menyentuh, karena kehilangan seseorang yang disayangi tentulah tidak mudah. Tapi dengan menuliskannya di blog, buCho mengajariku, untuk berkompromi dengan rasa duka itu, karena semua makhluk pasti kembali pada Penciptanya, dan hidup tetap harus berlanjut.

Ah, pasti menyenangkan memiliki seorang sahabat seperti itu.

Tentunya.

Apalagi yang diceritakannya di blog?

Hal-hal ringan seputar suaminya (yang buCho sapa dengan panggilan sayang ‘kekasihku’), juga ‘Jenderal G’ alias Ganteng putra pertamanya dan juga  Cantik putrinya yang memang cantik. Atau peristiwa-peristiwa kecil di kantor tempatnya bekerja, hingga berbagi resep es hunkwee saat market day di sekolah Cantik atau resep Carang Gesing peninggalan sang MbahTie yang jago masak.

Bagaimana dengan page rank blognya? Alexa? SEO?

Hah?

Itu adalah hal-hal yang harus ada saat kamu mereview sebuah blog, bukan?

Lihatlah judulnya, tulisan ini hanyalah ‘semacam’ review belaka. Jadi aku tidak akan membahasnya.

Ah, bilang saja kamu tidak mengerti.

Nah. Itu sudah tahu!

Dasar gaptek!

Biarin, wew 😛

Sudahlah. Ceritakan padaku buCho itu seperti apa?

Ehem…buCho rupanya tidak ingin ‘dikenal’ di dunia maya. Tak ada detail dirinya di tab “tentang aku” seperti di blog-blog umumnya, jangankan gambar diri, bahkan namanya sekalipun tak tertulis di sana.

Kenapa?

Pastilah beliau memiliki alasannya tersendiri. Dan aku hanya harus menghormati pilihan keputusannya itu, bukan?

Atau, alasannya adalah simply karena buCho bukan generasi narsis seperti dirimu.

Bah! 😛

Tapi, bukankah sedikit aneh kamu bersahabat dengan seseorang yang ‘samar’ karena buCho meng-anonimus-kan dirinya seperti itu?

Tidak aneh karena aku berhasil berjumpa dengan buCho. Seorang wanita berkepribadian hangat yang menyenangkan, aku merasa nyaman dan dekat di perjumpaan pertama kami. Bahkan waktu itu aku dan Akang Matahari ditraktir makan hihihihi.

Ish…memalukan.

Aku lupa kalau di resto itu bayar dulu baru makan, sudah lama tidak makan di sana, jadi aku…

Alasaaaannn.

Tapi itu betul, aku…

Sudahlah. Aku mau blogwalking ke Chocovanilla.wordpress.com dulu.

Heeei…

IMG-20130628-WA0002

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Blog Review~Saling Berhadapan

Advertisement

13 thoughts on “[Semacam Review] Chocovanilla

  1. igh, eMak juga pernah ketemu sama sosok samar yang ada di samping Orin itu.. #dalam mimpiii… 😛

    Sukses kontesnya ya Riinnn..
    #nunggu review balesannya bude Cho.
    ___
    mihihihihi… aku jg serasa mimpi bisa kopdar sm buCho Mak *halah* 😀

    Like

  2. haha, aku juga suka ngintip di tempat mba Chocovanilla *pengen vanillanya doang* .. tulisan fiksinya pasti cocok dengan dirimu ya Neng
    ___
    Iya Teh, sehati aku sm buCho suka ngefiksi hihihi

    Like

  3. he..he… ke mbak Choco itu biasanya bikin kita ketawa ngikik2 …
    jangan2 beliau pernah jadi finalis stand up comedy…?
    mantep reviwnya Orin
    ___
    Iya Buuuuun, buCho keknya punya bakat alami untuk berstand up comedy qiqiqiqi

    Like

  4. Suka banget gaya reviewnya yang tidak melenceng dari gaya Teh Orin.
    Sampe 3 kali aku bacanya …

    Ah lebay kamu yat !!!

    Biarin … :mrgreen:
    ___
    whuahahahahaha….sok lah kang Yayay bolak balik baca ge teu nanaon, haratis kanggo kang Yayat mah hihihihi

    Like

  5. Wahahahaha… panggilanmu berubah karena ternyata si choco ini sudah berumur yaa hahahaha… 😛

    Thanks, Orin, rangkaian kata-katamu itu selalu membuatku berpikir, “kok bisa ya?” 😀 . Akupun banyak belajar dari caramu berfiksi, Say 😀

    Makasiy yaaa karena kau mempromosikan dobosanku hehehehe :mrgreen:
    Salam buat Si Akang Matahari yaaa….
    ___
    bukaaaaan, yaabis mbachoc kok kyk preman gitu kesannya buCho #eh? qiqiqiqiqi.
    salam juga Cantik, Ganteng, dan Ayahnya ya buChoooo 😀

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s