[Berani Cerita #09] Si Lelaki Paruh Baya

“Hari ini panas ya, bang.” Seorang lelaki paruh baya menyapa saat kakiku menjejak lantai mesjid. Jakarta sepanas neraka seperti biasanya, maka basa-basinya hanya membuatku sebal.

“Iya, Pak.” Jawabku singkat. Buku-buku yang aku bawa tak satu pun berhasil terjual, para penumpang bus hari ini rupanya sedang bokek semua, membuatku berpikir keras bagaimana memberi istriku sejumlah uang untuk keperluan besok. Jadi aku tidak memerlukan percakapan yang tak perlu dengan si lelaki paruh baya di depanku. Setelah tersenyum sekilas aku berlalu dengan cepat.

Ashar masih lama, dan air yang lumayan dingin untuk mencuci muka berdebuku tadi, kini membuat mataku meredup. Aku merebahkan diri berbantalkan buku-buku yang seharusnya bisa aku jual sejak tadi. Tapi si lelaki paruh baya lagi-lagi mendekat.

“Jualan buku, bang?” Menurut lo? Ingin aku berseru demikian padanya, tapi aku hanya menganggukkan kepala, malas. Kalau saja dia masih seusia denganku, sudah dari tadi aku mengusirnya. Lagipula sepertinya dia bukan merbot mesjid atau semacamnya, tidak memakai baju koko, tanpa peci, bahkan bercelana jeans sepertiku. Jangan-jangan… refleks aku meraba saku belakang sebelah kiri, untunglah, dompetku masih ada. Uang tak seberapa yang ada di dalamnya tidak boleh sampai berpindah tangan.

“Kerja di mana Pak?” tanyaku mengalihkan pembicaraan, berusaha tetap fokus dengan sekitarku, siapa tahu si lelaki paruh baya ini menghipnotisku dan kemudian mengambil semua hartaku. Aku seringkali menjadi saksi bisu para pencuri hipnotis itu beraksi, dan tidak ingin menjadi salah satu korban.

“Kamu suka jualan?” Pertanyaanku dijawab dengan pertanyaan lain. Dia tersenyum ramah, seolah aku adalah seorang teman yang lama tak bersua.

“Tidak ada pilihan lain, Pak. Saya baru saja dipecat, jualan buku begini lumayan untuk menafkahi keluarga.” Jawabku akhirnya jujur. Semoga dia merasa kasihan padaku, dan tidak jadi berbuat jahat padaku.

“Ooh…begitu. Mau kerja di tempat saya?” Aku menatap si lelaki paruh baya dengan tatapan siaga, walaupun miskin aku tidak mau melakukan semua hal yang tidak baik, “Saya punya percetakan kecil, kalau kamu mau, kamu bisa bekerja di sana. Yaa…bantu-bantu apa lah, nanti saya gaji bulanan.”

“Oh?” Sepertinya si lelaki paruh baya adalah jelmaan malaikat yang dikirimkan Tuhan padaku.

Note : 335 kata. Yang mau ikutan sila cek di sini ya, temans 😉

PS : Mulai deh, judulnya ngga banget >_< errr…ceritanya juga geje -seperti biasa- sih, ya sudahlah yaa *mlipir*

Advertisement

22 thoughts on “[Berani Cerita #09] Si Lelaki Paruh Baya

  1. tapi eMak suka cerita dengan tema ini.. bahwa harapan itu selalu ada, maka jangan pernah putus asa.

    pokoknya suka..!
    ___
    eMak emang top markotop deh ah *ketjup*

    Like

  2. Hmm.. kalo masalah konten cerita, Orin mah top markotop. Ehtapi itu kok ada yang labil ya… Penggunaan titik/koma sebelum tanda kutip penutup, penggunaan huruf kecil/besar setelah tanda kutip… :mrgreen:

    Like

    • Seperti yang pernah saya bilang Mbak Orin, jangan terlalu mendewakan twist. Makanya saya suka cerita ini. Terkadang penulis yang lain perlu membaca cerita2 halus semacam ini agar hatinya tetap peka. 🙂
      ___
      Iya Lung, aku kalo nulis mah nulis aja, wong kadang di kepala konsep endingnya A, eh pas udah nulis bisa jadi Z hihihi.

      Like

  3. konsisten ya Bude Orin mbikin cerita, Oyen mah nyerah kalo mbikin model cerpen2 gini, kalo punyak cerita tentang jengkol siap-siap ya ikutan hajatan hari jengkol *halah promo 🙂
    ___
    siyaaappp…nanti ta’ bikin cerpen tentang jengkol ya mpok hihihihi

    Like

  4. Geje dari mana ya, Rin? Jangan menggeser makna ge je dong, FF-mu bagus tauuuuu..
    Judulnya juga cocok, ah 😉
    ___
    ah…dirimu mah suka gitu deh Del *pilin2 jilbab*

    Like

  5. lebih bagus isi ceritanya rin dibanding judulnya eh oops 😀
    aku juga mau dong kerja tapi remote dari rumah bisa gak
    ___
    Iya Teh, aku paling ga bisa ngasih judul hihihihi

    Like

  6. Judul emang ‘nggak ngegigit’ deh, Rin.. 🙂 | Hm..kira-kira kenapa ya si bapak nawarin kerjaan? Jangan-jangan dia udah mengamati si ‘tokoh’ sejak lama? Hehe.
    ___
    iya Riga, paling ga bisa deh ngasih judul, makanya kalo judul udh ditentuin seneng bgt hahahaha

    Like

  7. hehe itu bukan curiga atau suudzon melainkan waspada…krn emang pada kenyataannya pelaku kejahatan diluar sana berjubah malaikat 😀
    ide ceritanya keren orin 😀
    ___
    Tengkyu Ronal 😉

    Like

  8. Berharap ketemu bapak paruh baya itu ‘malaikat tak bersayap’ ceilaah 😉
    ___
    dia ga hanya menjelma jadi lelaki paruh baya kok Jun heuheu

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s