Entah kenapa, saya sulit sekali menentukan judul sebuah tulisan yang saya buat. Entah itu fiksi atau curcol belaka seperti kali ini. Bahkan, judul skripsi saya tempo hari pun terkena imbas dari penyakit akut serupa, dan menjadi salah satu bagian yang harus direvisi *ups* hihihi…
Ada beberapa tulisan yang muncul ide judulnya terlebih dulu sebelum isinya, tapi ya begitulah, prosentase-nya kecil sekali. Itulah kenapa saya sukkkkka sekali saat si judul sudah ditentukan, sehingga saya hanya tinggal berimajinasi berkhayal termenung menuliskan isinya. Hadeuh…lebay surabay pisan π
Nah, beberapa hari yang lalu saya menulis semacam FF, dan tahu dunk maksud saya berikutnya? hohoho… Seorang teman sudah menyumbang judul bertajuk ‘Tanah Merah’, saya pun menyukainya, tapi siapa tahu, ada ide judul yang lebih yahud he he π
Selain masukan untuk judul, silahkan lho dikritik fiksi berikut ini *wink…wink…*
Pada akhirnya, setiap orang akan mati. Semegah apapun hidup yang pernah kau alami sebelumnya, semerana apapun kehidupan berlaku pada raga saat jantungmu berdenyut. Suatu saat βentah kapan- kau tetap akan menjadi mayat, tak bisa bernafas, tak mampu bergerak, mati. Dengan atau tanpa peti, kau akan terkubur sekian meter di dalam tanah, untuk kemudian digerogoti cacing dan teman sebangsanya. Seperti itulah, tidak mungkin menolak, tak ada pilihan lain.
Lantas, kenapa pemakaman kali ini harus sedikit berbeda? Kenapa banyak sekali kamera? Kenapa banyak sekali karangan bunga? Owh, rupanya seorang bintang yang kini harus aku kuburkan.
Prosesi pemakaman berjalan dengan dramatis. Banyak teriakan meratap, deraian air mata juga bertabur jeritan pilu. Blah. Berlebihan. Sang jenazah tak bisa lagi mendengar, dia tak lagi peduli, dan tak mungkin juga dia bangkit lagi, βkan? Toh mereka βyang berteriak menjerit menangis- itu, juga hanya tinggal menunggu giliran untuk dimasukkan ke dalam tanah seperti wanita ini. Drama ini entah kenapa menjadi memuakkan bagiku. Kematian adalah kembalinya seorang manusia ke dalam pelukan Tuhan, kenapa harus ditangisi sedemikian rupa? Tapi biarkan saja orang-orang ini berekspresi, toh mereka tidak menggangguku.
Marina? Rasanya aku tahu bintang film ini. Yeah, walaupun tentu saja aku tidak mungkin menonton film-filmnya. Lagipula untuk apa menghabiskan uangku untuk sebuah cerita picisan yang tak masuk akal? Cinta? Pengkhianatan? Tak ada waktu memikirkan hal semacam itu saat aku harus berpikir bagaimana membeli sebungkus nasi penyambung hidup setiap harinya.
Tapi tentu saja,Marina-si jenazah yang kini hampir tertimbun tanah- tidak pernah merasakannya. Hidupnya tentu selalu cemerlang benderang, tidak gulita seperti hidupku. Beruntung sekali dia, baru merasakan kegelapan saat jiwanya tak lagi bersamanya.
Baiklah, aku terlalu sinis. Maafkan keluhan-keluhanku tadi. Toh suatu saat nanti aku pun akan juga terbenam dalam tanah sepertinya. Walaupun tanpa kamera-wartawan-karangan bunga seperti ini, kepergianku kelak mungkin tetap menyisakan lara kehilangan dari istri dan anak-anakku βkan? Serupa dengan perginya seorang Marina sang mantan bintang film terkenal yang kini telah tertimbun sempurna. Tanah merah basah itu kini pun bertabur bunga sepenuhnya.
βPak, terima kasih banyak tadi ya.β Seorang pemuda gagah berbusana hitam βdan juga berkaca mata hitam- menepuk pundakku saat pemakaman kembali beranjak sunyi. Seraya menyalamiku, terselip di tangannya sebuah amplop putih yang cukup tebal untuk ukuranku.
Ah, amplop tebal ini lah yang membedakan kematian seorang bintang dengan orang kebanyakan. Tak bisa tidak bibirku tersenyum tanda berterima kasih pada sang pemuda. Dan siang itu pun cangkulku terasa lebih ringan daripada biasanya dengan segepok uang tersimpan aman di saku celanaku.
Bagaimana? Ada ide judul tidak? he he
Happy Monday, Pals π
judul ‘Tanah Merah’ menurut eMak sudah pas untuk FF yang orin tulis.
FF yang bagus sekali, ada pesan mendalam di situ.. π
Orin : Owh? sudah pas ya Mak? hohoho..
makasih lho Mak apresiasinya *peyuuuuk*
LikeLike
orin aja bingung kasih judul apalagi aku hihihi. lumayan tebel ga amplopnya
Orin : Lumayan Teh buat beli pempek heuheu
LikeLike
subhanallah teh baru aja jam 4 aku komen di lapak valentino orin/rossi..eh udah ada postingan terbaru nih
luar biasa rajin pisan teh, salut saya mah..pengen rajin posting kayak teh orin, bagi waktu dengan kerja nya kan pasti repot π
Orin : Wew, postingan sebelumnya kan published hari rabu lalu Minx π
LikeLike
iya teh berarti saya telat ngomen nya di postingan rabu itu ya, hehe..tetep we teh rajin ceuk sayah mah soalna kan kerja juga, salut π
LikeLike
Duka mereka, penyambung hidupku
Orin : Hatur nuhun masukannya Akang π
LikeLike
keterampilan membuat judul yang bagus merupakan salah satu aspek penting dalam menyajikan tulisan yang menarik. Dan itu akan berkembang seiring dengan latihan menulis terus dan terus..Menurut saya gitu. So jia you….cemungudz π
Orin : cemunguds kakaak π
LikeLike
Judul apa, ya yang paling pas?. Ikutan bingung, ki… Tanah Merah boleh juga.
Orin : heuheu…maaf lho mas jd ikutan bingung π
tengkyu ya π
LikeLike
“Tanah Merah” sepertinya udah sip Rin.
FF nya dalem banget π
Orin : makasih ya Mak, kalo ga dalem ga bs dikubur nanti #eh? hihihi
LikeLike
suka dengan judul “Tanah Merah” nya… gimana yaa… seperti ada misteri yang disampaikan dalam judul tersebut *tsaahh qiqiqi
Orin : Misteri Tanah Merah keknya syerem ya Jeng qiqiqiqi
LikeLike
bagaimana kalo Tanah Merah di Ujung Cangkul
Orin : hohoho…ide yg usul, terima kasih Pak Ies π
LikeLike
Semegah apapun hidup yang pernah kau alami sebelumnya, semerana apapun kehidupan berlaku pada raga saat jantungmu berdenyut.
Kalimat diatas terputus karena diakhir tanda titik, padahal harusnya ada sambungannya.
bagaimana kalau ditambah beberapa kata sehingga kalimat diatas berbunyi
Semegah apapun hidup yang pernah kau alami sebelumnya, semerana apapun kehidupan berlaku pada raga saat jantungmu berdenyut, ajal pasti akan datang.
Judul Tanah Merah sudah sip. Tapi jika dikaw pakai judul Amplop Kematian bisa membuat pengunjung lari.
Salam sayank selalu
Orin : matur nuwun sanget Dhe masukannya, Orin buat seperti itu karena di kalimat sebelumnya sudah ada π
Amplop kematian? wuiiih…syerem pisan itu mah hihihihi
LikeLike
hehehee..masa judulnya amplop kematian
pasti calon pembaca jadi takut
LikeLike
Aku kalau nulis postingan selalu isi judulnya dulu…
Kalau ga ada ide judul, ga mood nulis hihi
Judul yang dipikirin belakangan, buatku selalu ga bikin sreg π
bingung ah apa judulnya.
Tapi keren ff-nya…
Orin : banyak jg yg begitu ya Na, aku ga termasuk tapi π¦
tengkyu ya neng ^^
LikeLike
Kalau saya malah kadang judul sama isinya beda hehe,,tapi ngomongΒ² FF ini bagus banget, judulnya Tanah Merah sangat pas menrutku Kak, banyak pesan dicerita tersebut π
Orin : Itu dia Sof, aku jg jadinya begitu deh kalo mentok nyari judul hihihi..
tengkyu ya apreasiasinya π
LikeLike
Orin emang jagonya bikin FF
si neng aja bingung kasih judul..
apalagi neneng..
blank..
LikeLike
wah apa ya judulnya…
penggali kubur? huahahaha
gua juga payah sih dalam hal mencari judul. π
LikeLike
Hahaha.. penyakitnya sama kayak saya, ada di judul π
Maap Mbak, nggak ada ide tentang judulnya. Saya ini malah sedang mikir judul untuk tulisan sendiri, hehe..
LikeLike
Tanah Merah udah lebih puitis drpd Sang Penggali Kubur judul alternatif dariku, Nyeremin malah
LikeLike
inti postingannya kan tentang Balada Penggali Kubur yach…kayaknya Tanah Merah udah pas tuch
LikeLike
Oriiiinn….
idem aq juga paling bingung kalau kasih judul
suka minta ide judul apa sama papahnya Rafi
tetep aja idenya gak qta terima
hihihi….
hhmm….untuk ceritanya Orin
aq coba kasih judul
“Amplop tebal”
hahaha….
*tuh…kan aq emang beneran gak gape bikin judul*
LikeLike
wow… penuh makna, mengalir tenang, endingnya juga lucu π Keep Up!
LikeLike
Oriiiinn….menurut bunda mah itu dah bagus judulnya “Tanah Merah” π
dan……….FF nya Orin selalu keren …..
( 10 jempol deh pokoknya buat FF ini)
eh, tapi isi amplopnya berapa? bunda bisa ikutan ditraktirin dong ya Rin …hehehe π
salam
LikeLike
Aku juga termasuk yang susah buat judul, akhirnya judul-judulan dech, dipas-pasin gitu, heheee…
Tanah Merah? Ini dah pas kok Rin ^^
LikeLike
memang jagoan nulis ini mba orin.. .
baguus banget. . .
tanah merah kalau diplesetkan jadi tanah abang ya mba? π
sudah bagus judulnya mba. . lanjutkan saja. . .
kalau dengan judul “hidup dengan tanah merah”. nanti dikira gak bisa hidup tanpa tanah merah ya mba? hihihihi
LikeLike
Iyaaa.. bikin judul emang susah. Aku juga kalau nulis sering ganti mpe berkali-kali. Gimana kalau judulnya Memento Mori? Itu bahasa latin, artinya kira-kira: Ingatlah, suatu saat nanti kau akan mati
LikeLike
penunggu giliran
ini merajuk ke semua manusia, yang memang menunggu giliran untuk kembali kepadaNya
tanah merah bagus, tapi identik dengan satu daerah di plumpang Jakarta utara, hehehhe.
tapi isi FFnya, keren beuddd,,, π
LikeLike
kadang saya juga kok, menentukan judul postingan kadang bisa lebih lama dari saat menulis postinganya π
LikeLike
Oriiiiin…
aku juga suka paling dodol kalo di suruh nyari judul…
dan biasanya suka gak nyambung gituh…
fiksinya keren Rin…
ehm…gimana kalo judulnyah…Binar Bening Berlian…hihihi…
LikeLike
hehehe…. saya juga kalo nulis, seringnya judulnya belakangan, setelah dibaca ulang dan dipikir-pikir, baru nemu judulnya…
kalo fiksi yang asyik tersebut, gmana kalo judulnya “Amplop”
LikeLike
ngikut judulnya Pak Ies, amplop diujung cangkul..
LikeLike
kenapa nggak mencangkul amplop aja?
Hihiihihihi
LikeLike
Hm… “Ketika saatnya tiba” agak terlalu panjang ya… kalau “Pembeda” malah terlalu singkat… hehe…ikutan bingung jadinya…*yuuk pegangan bareng.. hehe*
LikeLike
Kalau aku mungkin akan pilih judul “Amplop Tebal” hahahhaa….
LikeLike
amplop kematian juga lebih ngena Teh kayaknya, karna org akan tertarik membaca kalo liat judul yg menarik pula π
LikeLike
“Marina”? hihihi
LikeLike
“Kematian, Sebuah Ironi”
(halah…halah…judule maksa hihihihihihi…….)
LikeLike
Biarpun telat akang juga kepengen usul judul nih..gimana kalo judulnya “Se-merah tanah, seputih kafan, semau gue he he he” ….becanda!!!
LikeLike
judulnya : bapak penggali kabur dapet segepok uang dari kematian seorang bintang
*kurang panjang gak teh??? πΏ
LikeLike
Pingback: Dan Yang Beruntung Adalah… | Rindrianie's Blog