Akhirnya sampai juga aku di sini. Sebuah restoran di tepi sungai Chao Phraya bernama ‘In Love’.
Mencintai seorang Renata bagiku adalah petaka. Bidadari seperti dia tidak mungkin mencintai seorang jelata sepertiku. Tapi katanya cinta tak pernah memilih, bukan?
“Suatu saat, aku akan pergi ke negera bersalju.” Kudengar kamu pernah berkata begitu pada sahabatmu. Kala itu kita masih berseragam putih abu, dan aku jatuh cinta padamu di detik pertama aku melihatmu.
“Kenapa Re?” Tanya sang sahabat.
“Aku ingin menyentuh serpihan putih itu dengan tanganku, menggigil nikmat karena sensasi dinginnya, dan memakai penutup telinga yang lucu itu.” Lantas kalian terbahak. Aku ikut tersenyum dalam sunyi, dan berucap dalam hati semoga kelak harapanmu itu terwujud.
Lantas sekian tahun berlalu, aku pun melihat foto cantikmu di belantara salju, berdiri dengan mantel tebal -dan tutup telinga- di depan indahnya pegunungan Mount Blanc yang tampak jauh sekaligus dekat. Ingin rasanya aku juga berada disana. Tapi pergi ke Perancis buatku bagaikan mengembalikan bubur menjadi nasi.
Foto empat musimmu yang lain membuatku semakin merindukanmu. Rambut indahmu yang melambai lembut di bawah pohon sakura yang bermekaran diKyoto, membuatku juga ikut berbunga-bunga.
Foto dirimu yang bertelanjang kaki di pesisir pantai Bondi negeri kanguru itu, menjadikanku seolah merasa bisa menikmati musim panas disana.
Kamu yang bertopi jerami di Vermont road yang lengang dengan pohon entah apa berwarna orange itu di kanan kiri jalan, menerbangkanku ke khayalan tentang berjalan bersisian denganmu di jalan yang sama.
Sepertinya aku sudah gila. Dan akan semakin gila jika pengakuan ini -bahwa aku mencintaimu entah sejak kapan- tak bisa juga aku nyatakan padamu. Maka disinilah aku, di negeri gajah putih yang belum pernah aku pijak, berharap bisa menjumpaimu, sebelum kau pergi lebih jauh lagi entah ke belahan bumi yang mana. Tabunganku hanya cukup menerbangkanku ke sini.
Aku tidak tahu bagaimana atau pada siapa aku harus bertanya. Yang aku tahu -seperti yang kau tulis di ocehanmu melalui si burung- kau menjadi seorang penyanyi di restoran ini. Aku tahu kau menyanyi bukan untuk uang, kau menyanyi karena kau menyukainya ‘kan? Uang tak pernah menjadi masalah buatmu.
Tapi sudah sesore ini panggung kecil di pojok sana itu masih sepi. Apakah nanti malam kau baru datang Re?
“Ardin?” Terkejut saat namaku disebut, lamunanku tentangmu terhenti seketika. Wanita yang sebelumnya ada di kepalaku kini berdiri di depanku. Menawan seperti seharusnya.
“Re…Kamu tahu siapa aku?” Tanyaku takjub. Selama ini aku pikir dia tidak pernah tahu kalau aku ada.
“Tahu laaah. Tidak ada temanku yang selalu mem-favorite setiap ocehanku di twitter selain kamu.” Aku tertangkap basah!
“A…aku…”
“Apakah kamu menyukaiku Din?” Hah?
“Iya…” Biarlah dia menertawakan ketotolanku, si Ardin anak penjaga sekolah mencintai Renata sang primadona? Tidak ada kisah cinta seperti itu di dunia nyata. Tapi yang penting aku sudah menyatakan rasa yang aku pendam sekian lama.
“Aku juga menyukaimu Din, sejak dulu. Sejak kau memperhatikanku diam-diam. Sejak kau menulis puisi tentangku di mading. Sejak kau menyimpan bunga anggrek di laci mejaku.” Aku terpana, kamu tersenyum.
“Kamu…”
“Iya Din, aku juga cinta sama kamu.”
Senja tidak pernah seindah ini dalam hidupku.
“Tulisan ini diikutkan pada Giveaway Satu Tahun dari blog celoteh .:tt:. “.
***
Note : 500 kata
hadeeeuuuh…FF yg aneh >_<
LikeLike
Hehehehehe.. mba Orin suka ya nulis cerita tentang cinta berkalang “status” ya.. 😀
Tapi,, st suka cerita yg ini.. Happy ending ^^
LikeLike
kenapa aneh? Aku suka kok… nice FF!
Orin : Oh? makasih nechan *terharu*
LikeLike
Ateuuu.. Ngai bener² takluk juga takjub dgnmu
dan semua para penulis FF.
hari ini Ngai sudah nyobain, FF yang pertama
tyt bukan hal yg mudah. 😛
Orin : Ish…itu bagus loh Ngai, lanjutkan!
LikeLike
so sweet…^^
Orin : terima kasih^^
LikeLike
Ziiiiing…
(?) secepat itu? Keren!!
Orin : Itu dia Fal, ceritanya ga logis, makanya aku bilang aneh heuheu
LikeLike
Sama sekal ga aneh ah, Rin… Kereen…(sperti FF-FF mu lainnya…)
Terus berkreasi, Neng… 🙂 Oya semoga sukses di GAnya ya…
Orin : heuheu…makacih auntieee ^^
LikeLike
wuuuuuush. .
kereeeeeeeeeen. . 😉
Orin : Tengkyu Idah 🙂
LikeLike
romatis rin..hehehe
Orin : hahaha…romantis ya Yud? 😛
LikeLike
wooohhh.. kalow Renata ga “nembak” langsung gitu, kira-kira Ardin bakal menyatakan cintanya nggak teh??? 😳
Orin : tetep bilang bubun, wong udh ngabisin tabungan je qiqiqiqi
LikeLike
hmm, dhe suka awalnya trus hingga ke tengah.. tapi pas endingnya kurang suka mbak Yin.. harusnya sad ending biar bener2 ngena.. hahahahaha 😛
foto senjanya bagus.. dan ternyata kita menampilkan foto yang sama, senja..
Orin : Itu dia Dhe, aku ga bs deh bikin happy ending, aneh bgt heuheu
LikeLike
Senja yang indah makin terasa indah. Padahal tak kira endingnya mau dibikin rada muram. 🙂
Jangan lupa ikut berpartisipasi dalam earth hour malam ini jam 20.30-21.30.
Orin : tadinya emang gitu sih mas Alam heuheu
LikeLike
Waw, aku suka permainan kata-kata-nya Teh Orin. Mantap. 500 kata pas 😀 Semoga sukses giveaway-nya Neng.
Orin : Duh, makasih ya Bli ^^
LikeLike
Puisi cinta di mading??? ow em ji…
dian sastro sekaliiiiii…
aku jadi inget tentang teori show dont tell yang pernah aku dapet di salah satu workshop menulis Rin…
banyak Orin pake disini yah…
gak menuliskan secara lugas…biarkan pembaca sendiri yang menyimpulkannya 🙂
Sukses GA nya ya Riiiiin 🙂
Orin : Iyaaa…memang keingetan sm itu Bi 😛
seharusnya memang showing ya Bi jgn telling, entah udh betul atw belom heuheu
LikeLike
Ringkas nan apik neng Orin, sukses di GAnya Tt
Orin : hatur nuhun ibu 😀
LikeLike
ciyeeeh yang ada di deket king rama VIII bridge.. saya pas lewat sini koq nggak nemu ini resto ya?
mungkin belom tau aja kali 😛
Orin : Besok2 ke sini mas Phe, aseli deh eksotis bgt *tsaaah* qiqiqiqi
LikeLike
keren bgt pic nya sis, daerah mana tuh?
Orin : Itu di Bangkok 🙂
LikeLike
bagus kok Teh Orin 🙂
fotonya juga bagus, kalau fotoku dari kamera hape jadi gak terlalu jernih..
kadang tema sederhana dikemas dengan tutur kata yang baik jadinya tetep manis kok 😀
Orin : Tengkyu Ne 😉
etapi foto ini jg pake hape, coz waktu itu kameranya lowbat heuheu
LikeLike
bagus kak 🙂 aku suka ceritanyaa
salam kenal yah kak 😀
mampir ke rumahku yok kak ? ohyaa, minta followbacknya boleh ? 🙂
Orin : Terima kasih sudah berkenan mampir Ruri 🙂
LikeLike
Indah sekali kata-katanya…
LikeLike
Indah sekali…
LikeLike
manis teh 🙂 . . Hehee
LikeLike
kalau bikin fiksi enaknya…apa-apa yg gak mungki terjadi di kehidupan nyata bisa kita ‘hiudpkan’ di cerita..hehehe
LikeLike
Orin makin jago aja, FFnya keren kok 🙂 Foto senjanya juga mantap 🙂
Gudlak yaaa…
LikeLike
dahsyat banget 😀
LikeLike
apakah ini nyata?
indah sekali kalau ini sungguh-sungguh terjadi.
LikeLike
senja yang endaaaaahhh…. mba orin pinter moto ih
LikeLike
cinta memang tak mengenal kasta ternyata,,
dan,, senja itu memang sudah indah semakin menakjubkan jika melihatnya dengan mata penuh cinta yaa 🙂
LikeLike
Jd inget zaman putih abu²….
♧ƗƚϊƗƚϊƗƚϊƗƚϊ♧
Good luck GA ñƴά Ϋªª….
LikeLike
Romantiiiiissss, Oriiiiinn…..
Dua belas jempol untukmu… (yang dua minjem jempolmu dulu yaaa…) 😀
LikeLike
wah..kalah deh daku wong cerpennya bagus gini.
Buku sudah saya kirim wuk
salam sayank selalu dari Surabaya
LikeLike
asik asik cerpen nya….
LikeLike
apik.. eh, kasep, Teh
LikeLike
waah tumben Rin happy ending.. ehehehe…
sukses kontesnya yah Rin.. 😀
LikeLike
keren.moga berhasil ya..
LikeLike
menulis puisi cinta di mading? Hahaha…itu gueee….. 😳
Gk pernah gk keren deh ff-nya teh Orin..
Arigatou ya teh udah ikutan…
Orin : Huwaa…ada shohibul hajat he he.
my pleasure Tt chan, semoga berkenan yaa 😉
LikeLike