(semacam) sekuel dari cerita sebelumnya.
***
Menikahlah denganku Ra, pintamu saat itu. Dan aku menjawab pertanyaan itu dengan menamparmu, keras. Lantas meninggalkanmu yang terpana tak mengerti. Tahukah kamu Bayu? Kalimat itu mengingatkanku akan luka yang tak pernah mengering?
Menikmati pantai Senggigi saat senja yang jingga, seharusnya adalah eksotisme yang romantis, tapi aku merasa entah. Mungkinkah aku telah menyakiti diriku sendiri? Aku tahu luka itu akan tetap berada di sana, tapi aku tetap berhak untuk bahagia, bukan? Aku memandang cakrawala di atas pasir dalam sunyi.
”Ra…”
“Bayu?”
“Jangan lari dariku lagi, Ra. Kumohon…”
“Kau tak perlu mencariku, Bay.”
“Tidak bisa kah kau buka hatimu untukku?”
“Tidak bisa kah kau meninggalkan aku?
“Please Ra, jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain.
“Aku tidak punya hati lagi Bay.”
Debur ombak menyapa pasir memecah hening yang seolah abadi.
“Aku tahu mungkin ini sulit bagimu, tapi…izinkan aku mencintaimu, Ra.”
Aku menghentikan inderaku menyentuh senja, ku tatap matamu yang sedang memandangku. Cintakah yang ada di sana? Pantaskah aku menerima cinta itu?
“Kenapa kau mencintaiku, Bay?”
“Perlukah alasan untuk itu?”
“Menurutmu tidak perlu?”
“Aku mencintaimu karena aku mencintaimu. Cukupkah itu bagimu?”
“Itu absurd!”
“Ra, aku bukan Adrian…” Semesta di sekelilingku membeku, rasa sakit itu datang lagi, membuatku menggigil memeluk lutut, aku tidak ingin selamanya seperti ini. Aku pun ingin bahagia, mungkin kah?
Dan kemudian hangat perlahan menjalar di tubuhku saat Bayu mendekapku erat, membelai rambutku lembut, menggenggam tanganku kuat.
“Menikahlah denganku Ra, dan aku akan memelukmu seperti ini, selamanya.” Bisik Bayu lirih di telingaku. Aku terdiam menatap jingga yang semakin temaram. Kurebahkan kepalaku di dadamu, mencoba menikmati rasa hangat ini meresap hingga sanubari. 5 tahun mungkin sudah lebih dari cukup bagiku hidup dalam luka yang terus ku pelihara. Mungkin aku memang pantas menerima cintamu, mungkin aku pun pantas mencecap bahagia bersamamu.
Senggigi beranjak menggelap. Tapi aku tahu, hidupku telah mulai benderang karenamu.
***
*Note : 298 kata.
Yippiee…selesaaaai *tari pom-pom*. Terima kasih telah menemani perjalanan saya ya temans 😉
menunggu seorang Bayu… 😀
LikeLike
nah gini dong, happy ending 😀
LikeLike
ini cerita normal ya hehehe. setelah ini masih ada FF lainnya kan, ditunggu loh
LikeLike
bayu itu siapanya adrian? *dibekep*
LikeLike
akhirnya….hehe..
gara2 FF ini jadi rutin ngeblog ya mbak, hehe
yang judulnya SAH gmn?
LikeLike
so sweeet bangett sichh,heheheheheheh
LikeLike
Pernah baca yang ketemu nggak sengaja di kafe, ternyata yang dianggap selingkuhannya laki-laki.
Itu cerita bersambung ya, Mbak?
LikeLike
dipeluk selamanya.. beneran loh ya, mas bay..? 😀
**selamat wat Orin.. sebuah novel sudah di depan mata..!
LikeLike
Rin, bikin novel ntar pak tuo yg bikin ilustrasinya, iya kan Mak? 😀
LikeLike
pilihan diksinya sangat aku suka, seperti saat Senggigi menggelap, hidup beranjak benderang….
LikeLike
kayaknya klo orin bikin novel bakal laris nih, dari “sepotong” cerita aja sudah bicara banyak… *hihi.sotoy.com
LikeLike
Bener-bener deh, hapy deply ending ^^
LikeLike
soswittttttt…. romantis buanggghhheetttt. .. .
LikeLike
yap yap..ok banget deh teteh…kalo setiap FF dikembangkan..lebih seru lagi mbak..suer..itu bisa ide lho buat cerpen di majalah 🙂
LikeLike
hmm, lamaran yang sulit ditolak… ^.^
LikeLike
kok Bayu gak jawab “aku mencintaimu karena Aduhai”. biar gak absurd wkwkwk
tambah jago wae teh Orin nih nulise 🙂
LikeLike
Cerita yang bagus…..
LikeLike
Ceritanya mantap…..
LikeLike
so sweet..
keren 🙂
LikeLike
tEh oRin… `ceritanya mantappp … melangkahlah ke ajang novelis 😛
LikeLike
wah ini acara serial yo nduk
harus mengikuti dari awal kalau ingin terlibat ya.
Semoga sukses dan kelak bisa menjadi penulis novel yang tersohor.
Salam hangat dari Surabaya
Orin : semacam itu Pakdhe. Matur nuwun doanya, semoga suatu saat novel saya yg dijadikan tali asih ya Dhe ^^ Aamiin..
LikeLike
Pingback: Day#15a Sah! « Rindrianie's Blog
Yes!!!! hepi ending!!!
Tapi aku selalu kagum sama blogger yang pinter nulis fiksi deh Rin…
Secara aku paling bego dalam soal menulis puisi dan fiksi…
Pernah beberapa kali iseng bikin…
Tapi geli sendiri bacanya dan gak jadi di posting…hihihi…
Imajinasi ku rada terbatas soal nya…hihihi…
LikeLike
Orin jagoan ternyata. Jadi 15 hari ikut semua judul? Hebat.
Bayu seperti nyata 😉
LikeLike
aah mba orin emang paling pinter mngaduk2 perasaan pembaca
LikeLike
Eaaaa..!!! Mantap teh… lumayan ah dapat ilmu, hehehee
LikeLike
wah keren mbak rin, menunggu moment yang terakhir ituh aahh..hahahah… 🙂 *make a wish*
LikeLike
Plok plok plok…. standing ovation.
LikeLike
keren pisan …
LikeLike
Lama, tapi bagus juga, dikumpulin terus jadi buku bagus juga kayanya
LikeLike