Dag Dig Dug

Gue selalu menantikan saat-saat ini. Saat dimana Gue bisa bertemu pujaan hati gue. Pujaan hati? Ish, sejak kapan gue jadi pujangga ya? Sebodo amat lah, yang penting sebentar lagi pujaan hati gue akan datang, dan gue akan menikmati debar jantung gue yang heboh saat dia dekat gue, dan gue akan terpukau saat memandang wajahnya, dan gue akan…

“Duh…mudah-mudahan aja bu Tati kena diare, atau amnesia lah sekalian, jadi dia ga dateng ke kelas hari ini.” Suara Willy keparat membuyarkan lamunan gue, apa maksudnya ngedoain yang jelek-jelek sama pujaan hati gue coba?

“Apaan sih lo Wil?” gue mendelik.

“PR gue belom kelar Do, lagian heran deh kenapa lo jadi semangat banget kalo pelajaran matematika ya?” Ih, kepo sangat nih teman sebangku. Gue memilih pura-pura tidak mendengarnya. “Do, PR lo mana? Gue nyontek laah” Ebuset ni anak, gue tampol juga lama-lama.

“Selamat siang-anak-anak. Saya harap PR minggu lalu sudah selesai ya. Coba Rani kerjakan nomor 1 di depan” Duh, pujaan hati gue datang. Suaranya yang khas langsung membuat gue tersenyum, melupakan kusut hati gue dengan kelakuan Willy barusan. Langsung bikin gue dag dig dug setengah hidup. Pasti teman-teman sekelas juga sih, tapi dengan alasan yang pastinya berbeda ha ha.

Seperti biasa, pujaan hati gue itu akan berkeliling kelas, meletakkan spidol di meja salah satu siswa atau menjawil bahunya, itu adalah kesepakatan tidak tertulis yang artinya dia meminta si anak mengerjakan soal di depan. Pujaan hati gue itu memang jagonya bikin deg-degan.

Tapi gue suka sama dia. Gue suka saat dia menjelaskan teori matematika yang aseli sebetulnya tidak gue mengerti sama sekali. Gue suka saat tak tuk tak tuk sepatunya menyapa lantai saat dia berkeliling. Gue suka saat dia menjewer teman-teman gue –iya, gue juga pernah kena jewer- saat ketahuan tidak mengerjakan PR. Gue suka saat dia menyindir habis-habisan kalau jawaban yang kami kerjakan di papan tulis salah. Ah, pokonya gue suka sama dia. Titik.

Bodo amat lah kalau Willy –atau siapapun- menertawakan gue. Jika Raffi Ahmad bisa pacaran sama Yuni Shara, maka gue suatu saat bisa pacaran sama Bu Tati!

“Kerjakan nomor 3!” Pujaan hati gue itu menjawil bahu gue!! Omaigat, kesetrum mah lewaaat, sentuhan pujaan hati gue itu rasanya…tidak bisa gue deskripsikan dengan kata-kata.

Maka gue pun gemetar menuliskan si jawaban nomor 3 di papan tulis, saat tiba-tiba pujaan hati gue itu berdiri 5 sentimeter di sebelah gue. Aih mati. Duh, bahkan gue bisa menghirup wangi parfum si pujaan hati gue ini,aroma mint dari mulutnya pun samar bisa tercium. Mau apa dia?

Di saat gue masih belum mengerti itu, pujaan hati gue itu berbisik pelan di telinga gue, “Dado, risleting celana kamu belum ditutup tuh..”

Jleb, gue boleh pingsan kan?

23 thoughts on “Dag Dig Dug

  1. Hahahaaa…. Oriiiin… *applause*
    paling asik deh baca cerpennya orin.. flash fiction itu cerpen bukan sih?

    baru aja baca yg sama di tmpt mbak Nique.. ternyata emang ada kontes yah? or something like that? 😀

    oot, maapkeun baru nongol lagi nih Rin… baru sembuh dari hiatus blogwalking.. hehehe.. tiap mau jalan2 adaaa aja distraksinya.. qeqeqeqe…

    apa kabar RIn? dah selesai belum pelatihan kepenulisannya? 😀

    Like

  2. Pingback: Si Odol Masochist « Rindrianie's Blog

Leave a comment