Test Pack

Yup, ini maksudnya memang alat mengetes kehamilan itu, tapi maaf, postingan ini hanyalah semacam review sebuah novel berjudul sama yang saya baca wiken lalu 😀

Novel karya Ninit Yunita ini sebetulnya pertama kali terbit tahun 2005, dan buku yang saya beli ini cetakan ke-sepuluh! Sudah lama juga saya tahu mengenai novel ini, tapi saya baru beli seminggu lalu karena suka sekali dengan cover sang novel yang baru. Yeah…Alasan yang konyol sepertinya ya he he.

Lucu kan covernyaaa?? 😉

Tapi Alhamdulillah saya tidak menyesal, bahkan bersyukur membaca novel ini. Tokoh utama dari novel ini adalah Tata, lengkapnya Arista Natadiningrat, seorang pengacara di sebuah lawfirm, yang bersuamikan psikolog bernama Rahmat Natadiningrat, yang dipanggil Tata dengan sebutan ‘Kakang’. Ada peristiwa ‘lucu’ dalam profesi mereka berdua ini.

Diceritakan Kakang memiliki seorang pasien (Pak Sutoyo) yang berkonsultasi mengenai kekecewaannya yang merasa gagal sebagai seorang suami, istrinya minta cerai dan anaknya menjadi pemadat. Alasannya adalah karena mereka menganggap Pak Sutoyo terlalu gila kerja sehingga melupakan mereka. Padahal dalam pengakuannya, Pak Sutoyo bekerja keras seperti itu adalah demi keluarganya.

Di lain sisi, sang istri (Ibu Sutoyo) rupanya menjadi klien Tata, meminta bantuan lawyer ini untuk mengurus proses perceraian dengan suaminya dengan alasan ketidakbahagiaan rumah tangganya. Ironis bukan? Tapi dari pasangan Sutoyo ini pula mereka belajar ‘sesuatu’ pada akhirnya. Apa itu? Silahkan baca novelnya 😀

Tapi yang menjadi tema besar dalam novel ini adalah penantian Tata akan hadirnya si buah hati dalam 7 tahun pernikahannya dengan Kakang. Bahkan keinginan ini menjadikannya seorang kurator test pack! Tata begitu terobsesi untuk bisa hamil, dan melakukan berbagai macam cara kecuali melakukan tes ovulasi. Tapi 7 tahun berlalu tanpa satu kali pun koleksi test pack-nya menunjukkan 2 garis penanda dirinya positif hamil. Sehingga Tata pun bersedia menjalani tes ovulasi, lantas Kakang pun dimintanya melakukan tes sperma. Hasilnya? Silahkan baca novelnya he he*kabuuuur…*

Membaca  novel ini,  saya merasa sedang ‘membaca’ diri saya sendiri dalam perjalanan hidup Tata di novel itu. Saya merasakan kesalnya Tata saat ada yang menuduhnya menunda kehamilan demi karier. Saya memahami sedihnya Tata saat sahabat dekatnya diberi kenikmatan untuk hamil anak ke-dua sementara dirinya belum dikaruniai satu pun. Saya bahkan bisa mengerti kesebalan dia melihat kucing tetangga yang sedang hamil.

Saya merasa menemukan seorang ‘teman seperjuangan’. Saya pun kesal saat ada yang menuduh  saya ber-KB. Saya sedih saat teman-saudara-kenalan yang sudah hamil padahal saya yang lebih dulu menikah. Dan saya juga sebal melihat kucing yang berkeliaran di kantin tempat saya makan di kampus sedang hamil (boong ini mah he he). Ya, saya sudah menikah 7 bulan dan belum hamil. Sama kan dengan tokoh Tata? Well, beda ujung doang laaah, sama-sama 7 hihihihi.

Anyway, saya bocorkan salah satu kalimat yang -menurut saya- indah dalam novel ini.

“Saya sayang kamu, Ta… saya ingin kamu jadi dunia saya. Kamu mau kan?” => kalimat Kakang saat menembak Tata.

“Bagi dunia, kamu mungkin ‘hanya’ seseorang. Tapi bagi saya, kamu adalah dunia yang selama ini saya cari.” => Jawaban Tata 4 hari kemudian.

So sweet, huh 😉

Selanjutnya, yang bisa saya pelajari setelah membaca novel ini adalah keajaiban sebuah komitmen. Bahwa alasan apapun saat kita mendeklarasikan mencintai seseorang, seharusnya adalah karena kita menginginkannya, bukan karena alasan lain. Bahwa setiap individu, setiap pasangan, setiap keluarga, memiliki ujiannya masing-masing, dan cinta yang akan menjawab semua kemelut itu *tsaaaahhh*.

Entah bagaimana menghubungkannya, membaca kisah cinta Kakang dan Tata mengingatkan saya akan kisah cinta Kahlil Gibran dan May Ziadah. Saya ingin sekali membaca kembali buku kumpulan surat Kahlil Gibran ini, surat-surat cintanya untuk sang kekasih May Ziadah yang belum sekalipun dia temui selama hidupnya. Ada yang mau membelikan atau meminjamkan? he he he.

Well, “I love you… because I want to” , say it to your love one, Pals 😉

***

PS : gambar diambil dari web resmi Ninit Yunita.

PS (lagi) : tulisan ini diikutsertakan di Kita Berbagi, giveaway-nya Neng Inge 😉

69 thoughts on “Test Pack

  1. udah baca juga teh, dan baru tahu dari sini kalau ada cover baru nya.
    ihh lebih bagus cover yang ini yak. dan karyanya ninit emang owkey-owkey. apalagi blog gokil nya itu, gak salah deh dia dan si adhitya mulya jadi pasangan yang keren. doyan nulis dua-duanya..

    Bahwa setiap individu, setiap pasangan, setiap keluarga, memiliki ujiannya masing-masing, dan cinta yang akan menjawab semua kemelut itu

    ehem.. kalimatnya teteh yang itu menyentuh
    🙂

    Like

  2. iha mbak, jdulnya itu lho…hahhaha
    aku yg belum nikah ngehe aja deh:D hahah::p

    tp covernya lucu, kreatif banget yg design covernya. siapa gerangan??*lho??

    Like

  3. ini novel istrinya aditya mulia bukan yah?..
    emang sih, katanya bagus.. tapi koq rasanya risih kalo cowok megang buku ini trus ke kasir bayar.. *tatapan tajam dari mana-mana. hehehehe..

    Like

  4. Orrrriiiin… sama dooong… aku juga baru baca buku ini, pinjemnya barengan sama Traveler’s Tale…

    Wah Orin, review nya bagus… Emang bagus banget bukunya… sampe2 aku ingin beli juga walau udah baca! hihihi…

    Karena, itu tadi, inti cerita ini bukan masalah test pack atau kehamilan itu sendiri… tapi kesimpulan.. “I love you just the way you are”

    This book is for every couple in this world!

    Like

  5. Hihihi…baru 7 bulan, belum tll risau kan kak…
    Temen2ku banyak yg blm punya momongan setelah 5, 7, 10 tahun nikah.. Tapi pj Tuhan mrk orang2 yg dikaruniai kesabaran.. 🙂

    Eh, kata2 di novel itu udah sering aku denger: “bagi dunia kamu mungki hanyalah seseorang, tapi bagi seseorang kamu adalah dunianya.”

    kunjungan balasan ni mb Orin..
    beneran deh aku penasaran sm novel ini..

    Like

  6. saya juga pernah melakukan hal yang konyol sepertimu
    membeli buku cuma karena cover nya touchy 😀

    tp untung saja isinya tidak kalah cantik sama covernya
    sehingga saya g usah nyesel apalagi harganya selangit hehehe

    Like

    • Waduh, saya pikir buku sama seperti makanan Pak guru, setiap orang punya selera dan apresiasi masing2 yang tidak bisa disamaratakan 😀 Novel ini sangat tidak nyastra jika dibandingkan dengan Laskar Pelangi misalnya, cenderung jenis pop yang ringan, jika Pak guru tidak menyukai genre ini, saya tidak menyarankan membeli dan membacanya he he.

      Like

  7. Makasi untuk keikutsertaannya dalam “kita berbagi”

    Untuk bisa memenuhi syarat, tolong lengkapi syarat yang kurang
    tuliskan satu buku yang ingin kamu baca, juga alasannya

    terima kasih ^^

    Like

    • Huwaaa…. ada Teh Ninit *ga percaya*.
      Terima kasih ya Teh, sudah menulis novel Test Pack, saya banyak belajar dari situ. Terima kasih juga sudah berkenan mampir 😉

      Like

  8. aq jg udh pernah baca novel ini,udh lama c..
    iya emg bagus ceritanya,real bgt menurutq..
    bberapa kalimatx juga mengawali jalinan cintaku dg sayankq..(ciee.. >,<)

    sukses selalu ^^.

    Like

Leave a comment